Seiring berjalannya waktu, Bunga berkenalan dengan seorang perempuan, sebut saja Melati. Dia perempuan yang dandanannya kayak cowok gitu.Â
Menurut penuturan Bunga, Melati ini sering menasihati Bunga agar tidak open Bo. Kedengarannya saja yah, mulia. Tapi nyatanya.
Melati ini dulunya juga tersakiti oleh lelaki, saya nggak nanya lebih detail gimana ceritanya, yang pasti Melati ini benci banget sama yang namanya lelaki.
Singkat cerita mereka itu tinggal satu rumah dan keduanya menjalin cinta. Bunga sendiri mengaku kalau dia sering melakukan HS (having seks) bareng melati.
OMG, jadi dia terlepas dari jaring lelaki nggak guna, dan menjadi seorang lesbian.Â
Sebenarnya cerita lesbian gini sudah pernah saya alami dulu, karena saya juga punya teman yang lesbian. Jadi saya yah biasa saja menyimak cerita ini dan nggak yang kaget atau langsung ceramah 30 juz. Hehe.
Si Melati ini bekerja di pabrik roti. Gajinya juga sebelas dua belas dengan Bunga.
Dia masih lajang dan belum pernah menikah. Hanya saja, ya, selama mereka tinggal berdua, Bungalah yang bayar kontrakan, Bunga juga yang bayar listrik, beli sembako, dan menghidupi si Melati ini. Menurut si Bunga, Melati ini relatif pelit soal uang.
Saya sebenarnya gatel banget pengen teriak sama Bunga, "Lalu kenapa kamu masih mau sama dia sih? Orang parasit kayak gitu ngapain juga. Mbok ya kamu hidup sendiri aja, habisin uang kamu buat diri kamu sendiri." Tapi saya tahan sekuat tenaga. Untuk tidak bicara atau menasihati dia.
"Kadang saya ingin marah sama Tuhan, mbak, kok cerita saya kayak gini banget. Tapi saya sadar, itu nggak baik,. Saya memang belum jadi manusia benar, tapi saya tetap belajar jadi lebih baik kok, Mbak. Saya juga ibadah dan buktinya saya berusaha buat kerja halal dengan jadi penjual kopi ini. Jadi kalau Bo itu hanya kalau kepepet keluarga saya maksa minta duit."
"Saya merasa kasihan sama Melati, Mbak. Dia juga sama kayak saya. Saya cuma nggak punya pegangan buat keluar dari jaring-jaring ini. Saya sudah nggak percaya dengan lelaki. Mereka datang pada saya pasti cuma ada maunya."