Putih kabut kulit langit
Menyiram jantung kota
Rerumput berjejer bersama cita
Beta melesat menyalip waktu
Hidangan tersaji di meja
Ada sepiring doa dan segelas cinta
Beta cecapi semua tak ada sisa
Mengejar mimpi itu butuh banyak tenaga
Beta kembali menyimpan rindu
Selipkan dalam - dalam di saku baju
Hidup antara ketenangan sejati
Hanya ada di luar rumah
Beta ingin pergi sendiri
Tanpa air mata, tanpa pelukan
Dan tanpa lambaian tangan
Sebab, itu terlalu wanita bagi beta.
Ngawi, 06 April 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!