Jika semuanya dibenturkan dengan persepsi bahwa "teknologi hanya untuk membantu pekerjaan dan meringankan beban kerja manusia", ya hal ini dibenarkan, namun yang menjadi paradoks ketika "ketika teknologi tersebut justru memperbudak manusia, dalam hal adiksi", sehingga membuat polarisasi kemudahan-kemudahan yang diinginkan manusia, dan semakin mudah maka semakin malas pula manusia itu".
Salah satu contoh, saya mengajar di suatu kampus swasta kecil di Kabupaten Nganjuk. Suatu ketika saya memberikan pemantik pertanyaan yang sebenarnya sangat mudah untuk dijawab dengan penjelasan sederhana. Namun yang terjadi justru sebaliknya dimana mahasiswa saya langsung reflek ambil handphone kemudian akses google.
Disinilah antitesisnya, jika yang terjadi demikian maka didalam kelas saat saya memberikan transfer of knowledge dalam proses pembelajaran, maka ditarik suatu sintesis di dalam kelas tidak ada proses berpikir, dan rata-rata mahasiswa tidak siap belajar serta adanya kesalahan persepsi dalam memahami "google" sebagai mesin pencari bukan sumber data.
Peran Pendidikan dalam Meningkatkan Kesadaran Etika dan Moralitas
Pendidikan memiliki peran kunci dalam meningkatkan kesadaran etika dan moralitas terkait kecerdasan buatan. Kurikulum pendidikan harus memasukkan pembahasan tentang etika AI untuk mempersiapkan generasi mendatang dalam menghadapi tantangan teknologi ini. Selain itu, pelatihan bagi para profesional yang terlibat dalam pengembangan AI juga sangat penting.
Melalui kolaborasi antara dunia pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta, diharapkan Indonesia dapat mengoptimalkan manfaat AI dalam dunia pendidikan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika.
Kecerdasan Buatan yang Bertanggung Jawab: Studi Kasus dan Best Practices
Ada banyak contoh implementasi AI yang bertanggung jawab yang dapat dijadikan acuan. Studi kasus ini menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip etika dan moral dapat diterapkan dalam pengembangan dan penggunaan AI. Best practices ini mencakup transparansi dalam pengembangan algoritma, pengujian bias, dan perlindungan data pengguna.
Salah satu contoh adalah pemanfaatan AI oleh Pemerintah Singapura dalam membantu proses pendidikan. Singapura telah mengembangkan platform pembelajaran AI yang menyediakan konten dan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu siswa(Afrita, 2023). Namun, pemerintah Singapura juga telah mengembangkan kebijakan untuk memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab, termasuk pengawasan manusia dan perlindungan data.
Praktik terbaik lain adalah inisiatif Uni Eropa untuk mengembangkan Proposal Regulasi AI yang komprehensif. Proposal ini mencakup persyaratan keamanan dan transparansi untuk sistem AI, serta mekanisme penegakan hukum(Lima et al., 2021).
Sementara di Amerika Serikat, beberapa lembaga telah mengembangkan pedoman etika AI, seperti yang dilakukan oleh Asosiasi Komputer Amerika (ACM) (ACM) dan Lembaga Insinyur Listrik dan Elektronik (IEEE).