Dipandangnya mata itu cukup lama, mata yang tajam namun dalam, milik seseorang yang sepertinya telah melalui banyak peperangan dalam hidupnya. Abdi tak tahu harus berkata apalagi, di benaknya ada rasa khawatir yang cukup besar tapi entah kenapa begitu melihat pria tua ini ia menjadi sangat tenang, bahkan lebih tenang dibandingkan ketika ia barusan membangunkan Dalem tadi.
      "Masuk!"
      Abdi pun melangkahkan kakinya ke dalam, lampu kamar tampak temaram.
      "Kita harus melakukan sesuatu segera berarti... Hmm, dimana posisi musuh Di?"
      "Eh, di.. di.. di samping kapal sebelah kanan.. Imam Hassan.       "
      "Hmm, menembak dengan panah api ya?"
      "I.. Iya betul, bagaimana..? Eh maksud saya..."
      Imam Hassan seperti mencari-cari sesuatu di bawah mejanya,
"Abdi, bantu aku angkat meja ini, ke samping," wajahnya berpaling ke arah tempat yang kosong.
      "Oh, baiklah Imam..."