"Yah.. kecuali di semifinal, ia memang hebat. Tapi kau..." mata keduanya bertemu, Dalem tahu betul itu adalah mata seseorang yang ketakutan.
      Dilepasnya pegangan tameng di tangan kanan lalu diangkatnya tangan yang bebas itu ke udara.
      "Tak... Pantas.. Meraih..." pukulan bogem mentah Dalem yang berkali-kali tepat mengenai muka lawannya.
      "Juara.. Ketigaa!!!" dipukulnya lagi muka itu dengan sekuat tenaga.
      PRIIIITTTT!!
      Terdengar bunyi peluit panjang dan beberapa orang segera berlari ke tengah lapangan tempat keduanya bertarung. Dalem langusng tersadar, amarah membuatnya lupa bahwa ini hanya sekedar kompetisi, bukan pertarungan sebenarnya.
      Dalem merasakan beberapa tarikan dari orang-orang yang mendekat kepadanya, kedua tangannya dipegang.
      "Cukup! Cukup! Lawanmu sudah pingsan!" suara itu seperti dikenalnya.
      "Oh, iya.. aku tahu.. terima kasih tuan juri..." Dalem melihat ke samping dan juri hanya tersenyum.
      "Lukamu cukup banyak.. meskipun tidak sebanyak ketika di semifinal."
      "I.. iya.. tapi tidak selama ini..." Dalem kembali melihat lawannya yang sedang digotong untuk mendapatkan perawatan.