"Sayangnya hanya ada di kapalku saja, karena alat ini baru selesai uji coba, tapi aku rasa kita bisa mengambil satu atau dua untuk kau coba gunakan," matanya menatap Abdi yang terdiam melongo.
      "Bagaimana Abdi ?"
      Abdi yang terdiam menggoyangkan kepalanya agar fokus kembali.
      "Ten.. tentu saja Imam Hassan saya bersedia."
      "Haha, bagus!"
      "Oh, iya tapi kita bisa kehilangan kesempatan untuk melihat final kompetisi satria, yang, kalau apa yang kau katakan benar, Dalem pasti masuk sebagai salah satu finalis."
      "Eh, i..iya benar, InsyaAllah Imam Hassan, kami sudah biasa menaiki kuda turun naik bukit di Mataram soalnya, bahkan kami pernah mengantarkan beberapa paket cukup jauh ke barat."
      "Alhamdulillah, semoga Dalem bisa berhasil..."
      "Yap! Kalau itu saya cukup yakin, tapi untuk menjadi juara.. sepertinya susah..." Abdi mengingat beberapa peserta yang dilihatnya ketika renang menyusuri sungai, beberapa diantaranya lebih kekar, lincah, dan kuat dibandingkan Dalem.
      "Sudah bagus itu, para prajuritku sendiri kemarin lalu masih belum bisa menerima kenyataan bahwa mereka bisa dikalahkan seorang pegawai istana biasa dari Mataram," Imam Hassan membicarakan saat-saat ketika pemilihan peserta yang boleh mendaftar kompetisi SATRIA dilakukan.
      "Ia bahkan dapat menandingi beberapa perwira yang kubawa."