Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 25, Bumi Kenyalang) - Angin yang Menerbangkan

7 April 2024   09:43 Diperbarui: 7 April 2024   09:47 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: freepik.com

            "Bagus kalau begitu, bagaimana kalau di dekat pohon besar itu, lebih sejuk soalnya."

            Imam Hassan memimpin sholat ashar. Abdi sangat menikmati sholat Ashar berjamaah ini sambil merasakan sejuknya udara sore hari. Ketika sujud ia dapat merasakan sajadah yang menjadi tumpuan ujung keningnya, terasa tebal dan licin. Pada sujud yang kedua ia mendapat kesan bahan untuk membuatnya pastilah sangat kuat. Entah mengapa, ia juga merasa amat sangat nyaman. Seusai sholat, Abdi tak tahan dan segera menanyakan apa yang ada dalam pikirannya.

"Hmm.. bahannya bagus sekali, ini terbuat dari apa ya..." tanpa disadari kata-kata sudah meluncur keluar dari mulutnya.

            "Oh, ini..." seorang pemuda yang berada persis di belakangnya membuat Abdi terkejut dan menoleh ke belakang.

            "Ini terbuat dari bahan nilon, bahan yang sama yang digunakan untuk membuat benang layang-layang..." jawabnya.

            "Waah, luar biasa, pantas..."

            "Benang layang-layang nilon kan memang salah satu bahan yang sangat kuat, ternyata bisa dibuat kain sebesar ini ya..." Abdi meneruskan komentarnya.

            "Iya, benar, layang-layang menjadi permainan favorit para pelajar di sini. Bahan nilon yang menjadi bahan utama untuk pembuatan benangnya ternyata bisa diolah lebih lanjut menjadi kain besar untuk paralayang" jelasnya.

            "Para eh.. layangan ya?"

            "Bukan Abdi, mereka menerbangkan orang dengan kain ini, tadi para mahasiswa ini sudah menceritakannya padaku, benar kan?" Imam Hassan menyela sambil tersenyum. Pertanyaan yang segera dijawab dengan aggukan para pemuda.

            "Eh, terbang.. terbang dengan ini..." suara Abdi seperti tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan, raut mukanya tampak serius ketika melihat kain sajadah dan langit di atas. Hanya gelak tawa ringan yang sesaat memenuhi lapangan luas di atas bukit itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun