Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 23, Bumi Kenyalang) - Manusia dan Alam

5 April 2024   10:55 Diperbarui: 5 April 2024   11:00 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Ya, dirajam sampai mati," senyumnya kepada Abdi. Dalem terus mengunyah buah engkala yang tadi diambilnya banyak di awal perjalanan, matanya tetap berkonsentrasi menatap Imam Hassan yang dengan tenang memberi penjelasan.

            "Penting bagi kita memastikan untuk setiap umat apalagi mereka yang telah mendapatkan kitab, menjalankan hukum-hukum apa saja yang tertulis di dalamnya."

            "Itu yang menjadikan Allah sebagai Al-Hakam, Sang Pemilik Hukum. Apapun yang tertulis sebagai haram harus menjadi hukum yang haram dan apapun yang tertulis sebagai halal harus menjadi hukum yang halal pula, tentunya dengan penuh kebijaksanaan."

            "Bukankah itu adalah salah satu kewajiban kita sebagai khalifah di muka bumi?"

            Kali ini, Abdi dan Dalem tersenyum, keduanya senang sekali bisa melanjutkan belajar sambil berpetualang terutama dengan orang yang telah mereka kenal. Sementara itu di depan, bangunan yang terlihat sangat bersih mulai nampak. Selain penjaga sepertinya ada beberapa orang di depan gerbang. Beberapa berkulit gelap, memang sangat beragam suku bangsa yang ada di Sarawak.

            "Dakwah yang paling utama di awal adalah ketauhidan, Tuhan itu satu, Allah, tidak beranak maupun diperanakkan, dan Dia berbeda dari makhluk ciptaanNya," tutup Imam Hassan sembari mendatangi beberapa orang di depan gerbang masuk, menanyakan izin untuk berkunjung. Setelah mengobrol beberapa lama ternyata sekarang adalah musim liburan bagi para mahasiswa sehingga kampus terbuka untuk masyarakat umum.

            Tak lama kemudian mereka masuk ke dalam universitas didampingi beberapa mahasiswa yang ternyata berada di universitas bukan untuk kuliah tetapi untuk sebuah kompetisi tiap liburan tiba.

            "Kompetisi yang diikuti oleh hampir seluruh mahasiswa di sini."

            "Terdiri dari beberapa kategori, bahkan ada kategori yang bisa diikuti pula oleh masyarakat umum di sekitar kampus."

            "Yang paling populer adalah kompetisi inovasi teknologi, menulis karangan bebas, dan kompetisi SATRIA."

            Begitulah penjelasan dari beberapa mahasiswa yang mereka temui. Pas sekali mereka datang di kala musim liburan tiba dimana para mahasiswa yang bersekolah di sini mengisinya dengan banyak sekali kompetisi. Ketiga kompetisi yang disebutkan oleh salah seorang mahasiswa tadi adalah yang paling populer. Imam Hassan menanyakan lebih lanjut mengenai ketiga kompetisi tersebut, Abdi dan Dalem pun ikut mendengarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun