Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 23, Bumi Kenyalang) - Manusia dan Alam

5 April 2024   10:55 Diperbarui: 5 April 2024   11:00 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Tidak jauh dari Universitas Sarawak," ucap Ario Damar kepada Imam Hassan.

            "Ah di situ lokasi kemah kita," Imam Hassan mengangguk singkat kepada beberapa petugas pelabuhan yang dibalas riang.

            "Sile, sudah disiapkan semuanye," ucap salah seorang petugas.

            "Soal makanan prajurit kami bisa mengurusnya sendiri, apalagi tidak jauh dari pantai dan di sini tanaman tumbuh dengan lebatnya," ujar Ario Damar.

            "Siap, sesuai pesan yang kami terime tiga hari yang lalu lapangan untuk tenda sudah tersedie begitu pule akses air bersih," salah seorang petugas menimpali.

            "Alhamdulillah, InsyaAllah itu sudah cukup," Imam Hassan tersenyum.

            Ario Damar berbicara dengan beberapa orang prajurit Samudera dan Palembang Darussalam cukup lama sebelum akhirnya berjalan bersama menuju bullock cart yang khusus disiapkan untuk para kapten kapal, Abdi dan Dalem beruntung bisa ikut di dalamnya.

            "Beberapa saya bagi untuk mencari bahan makanan di pantai dan lembah agar kita tidak banyak merepotkan," ucap Ario Damar kepada Imam Hassan.

            "Bagus, apalagi lokasi kita dekat dengan tempat para mahasiswa belajar, jangan terlalu ribut juga," Imam Hassan menambahkan yang diiyakan oleh seluruh kapten kapal kedua kerajaan.

            Bersama dengan kedua pimpinan rombongan dari Samudera dan Palembang Darussalam mereka menuju ke arah sebelah bukit. Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya suara berbagai macam burung menyambut mereka dengan suara paling jelas berasal dari suara Burung Rangkong.

            Tak banyak yang bisa dilakukan setelah berada di lokasi selain menyiapkan tenda, membersihkan diri dan sholat, serta memasak bahan makanan yang didapat. Terdapat sisa-sisa bahan makanan dari kapal yang akhirnya menjadi santapan pertama mereka yang duluan sampai, barulah pada siang dan sore hari semakin banyak prajurit yang berdatangan ke lokasi dengan membawa lebih banyak bahan makanan berupa ikan dan berbagai macam tanaman serta buah-buahan sehingga mengamankan kebutuhan pangan mereka selama dua hari ke depan. Abdi dan Dalem sendiri banyak membantu dari pagi, mulai dari mendirikan tenda, memasak bahan makanan hingga membuat tempat pembuangan sampah sementara. Dengan selesainya seluruh persiapan di hari pertama malamnya mereka semua tidur sangat nyenyak hingga pagi karena kelelahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun