"Venice of Asia. Begitu dulu julukan yang diberikan portugis kepade Malaka, sebelum mereka berhasil merebutnye dari tangan kite sementara waktu."
                                    ~~~
      Cukup jauh mereka berlayar setelah memasuki Malaka. Satu setengah jam telah berlalu, di depan hanya ada padang rumput luas. Terlihat di sekitarnya ada beberapa tenda yang didirikan.
      "Itu milik penggembale kite," Pak Affar ikut memandu menurunkan domba-domba setelah mereka memilih spot yang tepat.
      Abdi dan Dalem pun ikut membantu. Para penggembala yang telah menunggu sejak kemarin dengan sigap segera mengelompokkan domba-domba yang sudah menginjakkan kaki di tanah dan menggiringnya menyusuri padang rumput.
      "Sekitar lima, tujuh, dan delapan kilometer di depan ade peternakan pertame yang besar," ujar Pak Affar.
      "Esok InsyaAllah dilanjutkan ke empat peternakan kedue, barulah sisanye langsung diantar ke kota-kota sekitar untuk dikonsumsi," Abdi dan Dalem hanya mengangguk saja. Kapten Mansor menyuruh mereka memotong lima domba sehingga kegiatan pagi ini dilanjutkan dengan menyiapkan domba yang akan mereka makan bersama.
      Siang setelah makan, Pak Affar menawarkan untuk menemani mereka kembali ke Kota Malaka.
      "Ade konferensi mengenai sejarah dan mase depan uang. Di Gedung Sejarah Malaka, tempat yang banyak bunganye tadi.. Ingatkah Abdi Dalem?"
      Segera keduanya mengiyakan.
      Kapal Malaka kembali ke arah sebelumnya untuk menuju pusat Kesultanan dan melabuhkan kapal. Abdi, Dalem, dan Pak Affar mohon izin untuk turun di wilayah penginapan. Kapten Mansor berpesan kepada Pak Affar untuk menjaga kedua tamunya yang segera diiyakan. Ia juga berpesan kepada Abdi dan Dalem untuk menaati undang-undang Hukum Malaka yang isinya tentu saja sama dengan Hukum Islam di Nusantara.