Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 18, Malaka) - Menuju Pelabuhan

31 Maret 2024   05:49 Diperbarui: 31 Maret 2024   15:44 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Waah, hebat juga ya tekniknya. Jadi membuat domba-dombanya nyaman."

            "Iyalah, dari Nusa lagi nyamannya," tambah Dalem tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari sungai di kejauhan.

            Tak berapa lama sang mentari pun menampakkan wujudnya, meskipun hanya nampak secuil namun cukup untuk melihat ke arah mana mereka akan menuju selanjutnya. "Sungai Melaka" kapal bergerak mengikuti telunjuk Pak Affar. Sementara itu Abdi dan Dalem tak perlu menyipitkan mata karena gerbang masuk di depan yang dijaga beberapa meriam sangat jelas terlihat. Selain mereka ternyata ada tiga kapal lain yang akan masuk, namun dengan ukuran lebih kecil.

            "Yang due itu dari Pattani," ujar Pak Affar menunjuk dua kapal berwarna kuning dengan sedikit corak oranye, sama dengan kapal kedua yang tadi telah bergerak menuju ke Muar.

            "Wah, berasal dari tempat yang sama dengan kapal yang kedua tadi ya Pak Affar," Dalem memastikan.

            "Betul Dalem, tempat yang banyak nian gajah. Sangat elok," senyum Pak Affar kepada keduanya.

            Kapal Kerajaan Malaka tentu saja segera dikenali oleh penjaga gerbang dan kapal-kapal kecil yang telah masuk tadi sedikit merapat ke arah samping untuk memberi jalan.

            Tak sempat memberi komentar banyak, mata Abdi dan Dalem sibuk melihat ke kiri dan ke kanan yang diisi meriam serta pos penjagaan. Jauh di depan adalah rumah-rumah yang bernuansakan keprajuritan di pinggir kanal, tempat tinggal para prajurit penjaga. Baru masuk ke arah rumah-rumah itu, keduanya dikejutkan dengan suara-suara riang di depan.

            "Hah!? Rumah Makan!?" Dalem sedikit melotot ke depan.

            "Di pinggir sungai.. eh kanal!?" Abdi ikut menimpali.

            "Haha, iyelaah.. Ade ape? Belum pernah tengok kah?" ucap Pak Affar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun