Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 10, Pertempuran Laut) - Penguntit

22 Maret 2024   13:00 Diperbarui: 22 Maret 2024   13:04 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: editan penulis sendiri dari bahan di freepik.com

            "KALAU BEGITU ADA DELAPAN ORANG YANG BISA MEMIMPIN SEKOCI, BANGUNKAN MEREKA SEGERA!" Kali ini ia menatap lurus ke arah lemari persenjataan di pojokan.

            "SIAPKAN SEMUA SENJATA KALIAN!" pandangannya bergerak dari lemari ke arah kotak besar, yang sekejap kemudian diingatnya.

            "AH.. MESIU?" tanyanya segera sembari menunjuk ke kotak tersebut.

            "I..iya kapten, ada tiga, baru dibeli kemarin lalu dari Buton, para pedagang Cina yang memasok ke sana, rencananya untuk penelitian senjata baru Mataram..." jelas salah seorang prajurit.

            "BAGUS..." pikirannya segera mencari ide untuk memanfaatkan semua persenjataan yang mereka miliki.

            "PERSIAPKAN KODE MERAH, MASING-MASING SIAP DI TEMPATNYA!" ia berjalan menuju dua orang prajurit yang tahu mengenai navigasi tadi lalu mencengkeram bahu keduanya.

            "Bagi menjadi tiga grup, kompas ke arah Nusa, Bali, dan Demak. Jangan berhenti hingga tujuan, selalu jaga dzikir dan minta pertolongan kepada Allah."

            "Segera bangunkan teman kalian yang lain!" dengan anggukan singkat kedua prajurit tersebut segera berlari menuju ruang tidur untuk membangunkan yang lain.

            Mereka harus bergerak cepat agar selamat, itu satu-satunya yang ada dalam pikiran Kapten Sudirman. Suara gaduh terdengar dari ruang tidur prajurit, begitupun pula dari ruang penumpang. Melihat ke arah jendela tempat tadi ia memanjat masuk, hujan masih gerimis di luar, tidak begitu lebat. Sisa prajurit yang berada di dalam ruangan bersamanya sedang menyiapkan sekitar dua puluh busur panah, tombak, dan pedang untuk bertahan jika memang mereka diserang nanti. Hanya sedikit peralatan tempur karena memang kapal ini bukan kapal perang. Biasanya ada sekitar lima belas meriam yang siap di setiap kapal perang.

            "Kalian, bawa meriam kemari, tiga-tiganya!" kalimat itu menjadi perintah terakhir kapten Sudirman kepada prajurit Mataram yang diikutsertakan dalam perjalanan mengantarkan para pedagang Parahiyangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun