Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Catatan Abdi Dalem (Bagian 2, Samudera) - Imam Hassan

12 Maret 2024   04:15 Diperbarui: 12 Maret 2024   10:51 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: editan penulis sendiri

            "Cobaan datang silih berganti, kadang ada yang berubah baik dari tata cara pelaksanaan maupun hukum yang tergantikan oleh adat kebiasaan lama, tetapi tetap saja tidak ada pemisahan antara kekuasaan dan Islam. Semua berjalan dalam satu tuntunan agama yang lurus dimana penyimpangan adalah hal wajar dan menjadi kewajiban kita untuk saling mengingatkan dalam ber amar ma'ruf nahi munkar."

            "Sejarah Samudera Pasai berakhir setelah ditaklukkan Portugis kemudian dilanjutkan oleh Kesultanan Aceh. Tidak berbeda jauh dari pendahulunya, Kesultanan ini juga berperang melawan penjajah yakni tentara Inggris dan Belanda yang silih berganti menjadi musuh mereka hingga tahun 1910 dimana Kesultanan Aceh berhasil dikalahkan oleh Belanda," Imam Hassan terdiam sejenak.

            "Bagian yang penting terdapat di akhir keberadaan Kesultanan Aceh dimana tokoh yang berperan besar saat itu adalah Christiaan Snouck Hurgronje."

            Imam Hassan melihat ke luar jendela, ke tempat para takmir yang sedang bersih-bersih.

            "Perlawanan rakyat Aceh tidak pernah padam saat itu dan Belanda dipaksa berperang dengan perang berlarut-larut yang tak tahu kapan berakhirnya. Kemudian sekitar tahun 1891 munculah tokoh Belanda menggunakan nama samaran Abdul Ghaffar. Sekitar 20 tahun perang Aceh berkobar ia menyusun laporan intelijen dengan satu poin penting: Perlawanan di Aceh tidak benar-benar dipimpin oleh Sultan, seperti yang selalu dipikirkan Belanda, namun oleh ulama-ulama Islam."

            Tatapannya masih lurus ke luar jendela ke arah takmir yang mengangkat cangkul untuk menguburkan sampah.

            "Menurut Snouck, serangan terhadap ulama akan sangat ampuh membungkam mereka dari menyampaikan ajaran-ajaran soal jihad, negara Islam, dan konsep Politik Islam lainnya; dan ke depan mereka hanya bicara soal hari akhir dan ritual ibadah saja. Sehingga Islam kala itu akhirnya dapat dipisahkan antara kekuasaan dan pemerintahan dengan agama yang hanya berisi khotbah sederhana serta ritual saja. Sekularisme pun menggerogoti Islam," menghela nafas sejenak sembari menatap kembali kedua tamunya Imam Hassan tersenyum.

            "Setelah 30 tahun berlangsung, perang Aceh akhirnya dapat dipadamkan oleh Belanda. Jalannya kehidupan pun banyak dipengaruhi oleh Pemerintah Kolonial. Namun rasa rindu untuk kembali menegakkan Hukum Allah dan rasa cinta negeri ini terhadap Islam tidak memadamkan rakyatnya untuk terus berjuang sehingga Allah mengizinkan kami menegakkan kembali syariat-Nya meskipun sedikit demi sedikit dan bertahap."

            Kali ini keheningan berlangsung cukup lama, hanya terdengar goresan tinta Abdi di atas buku catatannya sementara Dalem mengangguk-angguk memahami seluruh apa yang disampaikan Imam Hassan. Pandangan pria yang menjadi Imam Masjid Baiturrahman ini kembali keluar jendela menuju ke arah para takmir yang sekarang tampak berdiskusi di luar. Ia memelinting kerah lengan bajunya hingga ke siku, mungkin karena gerah. Dalem mengarahkan pandangan ke arah Imam Hassan, nampak beberapa bekas goresan luka di tangan kanan dan kiri, menunjukkan sosok yang tidak hanya sekedar Imam Masjid biasa. Dalam pikiran Dalem langsung terbesit sosok veteran pejuang perang yang telah lama menikmati masa damai. Itulah kenapa dia menjadi salah satu orang yang terlihat cukup disegani ketika pelaksanaan hukum potong tangan dilakukan pagi ini. Dalem kembali mengingat Imam Hassan ketika berkhutbah tadi, mengingatkan umat pentingnya memelihara hukum Hudud yang merupakan Hak Allah.

            Tiba-tiba beliau berdiri dan berjalan ke arah jendela untuk melihat lebih jelas apa yang sedang dilakukan para takmir. Dalem segera mengikuti, dengan bersusah payah menghiraukan rasa gringgingen di kakinya. Ia pun menyusul Imam Hassan ke arah jendela lantai dua masjid sementara Abdi masih sibuk menambahkan beberapa catatan di sana-sini.

            "APA YANG KALIAN RIBUTKAN ?" serunya kepada mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun