Mohon tunggu...
Rendy Artha Luvian
Rendy Artha Luvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, anggota FLP (Forum Lingkar Pena)

Menulis adalah membangun Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Demokrasi, Jalan Kebebasan atau Alat untuk Menipu?

15 September 2023   11:42 Diperbarui: 15 September 2023   12:30 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: freepik.com

Dua Aspek Penting Demokrasi

Dalam perbincangan mengenai demokrasi, terdapat dua aspek penting yang perlu diperhatikan. Pertama, adalah cara berpolitik, yaitu bagaimana kekuasaan dibentuk dan dijalankan dalam suatu negara. Kedua, adalah mengenai cara hidup atau pandangan hidup yang tercermin dalam sistem demokrasi. Untuk memahami yang kedua, kita perlu menambahkan satu kata kunci: 'kebebasan'.

Kebebasan adalah salah satu pilar utama dalam demokrasi. Dalam konteks ini, demokrasi tidak hanya berbicara tentang pemilihan umum dan partisipasi politik, tetapi juga mengenai kebebasan individu dalam menjalani hidup mereka. Namun, seringkali kita melihat bahwa konsep ini tidak selalu dijalankan dengan benar.

Demokrasi memiliki makna yang khusus bagi mereka yang merasa tertindas, terutama bagi mereka yang berada dalam golongan masyarakat menengah ke bawah. Mereka yang merasa miskin karena kurangnya kesempatan, melihat demokrasi sebagai jalan menuju kebebasan dan solusi atas ketidakadilan yang mereka hadapi. Bagi kaum minoritas yang merasa tertindas, demokrasi memberikan ruang untuk mengekspresikan aspirasi dan keinginan mereka.

Di Indonesia, demokrasi menjadi sinar harapan saat Orde Lama dianggap sebagai rezim yang usang dan tidak lagi efektif. Pada saat itu, Soeharto melihat peluang untuk berkolaborasi dengan negara-negara Barat, terutama Amerika, yang mempromosikan konsep 'demokrasi'. Namun, seringkali agenda-agenda tertentu digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan politik tertentu.

Demikian pula, ketika rezim Orde Baru merosot dan menghadapi krisis yang sulit diatasi, istilah 'kebebasan' dan 'demokrasi' menjadi jargon yang efektif untuk mengambil alih kendali atas bangsa dan negara. Setelahnya, kita melihat semakin banyak penekanan pada 'demokrasi' dan 'Negara Hukum', seolah-olah untuk menunjukkan bahwa kebebasan bisa sejalan dengan aturan yang ada.

Demokrasi dalam cara berpolitik berarti demokrasi yang representatif, langsung, sosial, parlementer, presidensial, consensus, liberal, deliberatif, terbatas, terpimpin, hingga yang berdasarkan consensus budaya.

Demokrasi dan Kebebasan

Nah, aspek kedua demokrasi yang harus diperhatikan, karena ini yang kerap dijadikan 'bahan permainan'. Berikut contoh bentuk-bentunya setelah kita menambahkan kata kunci 'kebebasan':

Kebebasan Berbicara: Demokrasi menciptakan lingkungan di mana warga memiliki kebebasan untuk berbicara dan menyampaikan pendapat mereka tanpa takut represi. Kebebasan berbicara adalah elemen kunci dalam demokrasi, karena memungkinkan warga untuk berpartisipasi dalam diskusi politik, mengkritik pemerintah, dan menyuarakan pandangan mereka.

Kebebasan Pers: Demokrasi mendukung kebebasan pers dan media yang independen. Ini memungkinkan media untuk melaporkan berita secara objektif, mengawasi pemerintah, dan memberikan informasi yang diperlukan kepada warga untuk membuat keputusan yang lebih baik.

Kebebasan Berorganisasi: Demokrasi memungkinkan warga untuk membentuk kelompok-kelompok masyarakat sipil, partai politik, dan organisasi lainnya dengan tujuan berpartisipasi dalam proses politik dan memperjuangkan masalah-masalah yang penting bagi mereka.

Kebebasan Memilih dan Dipilih: Dalam demokrasi, warga memiliki hak untuk memilih wakil-wakil mereka dalam pemilihan umum dan untuk dipilih menjadi pemimpin. Ini memberi rakyat kontrol atas pemerintahan mereka dan memastikan bahwa pemimpin dipilih berdasarkan kehendak mayoritas.

Perlindungan Hukum: Demokrasi cenderung memiliki sistem hukum yang kuat yang melindungi hak-hak individu. Ini termasuk hak atas pengadilan yang adil, perlindungan dari penangkapan sewenang-wenang, dan hak untuk tidak disiksa.

Kebebasan Agama dan Kepercayaan: Demokrasi umumnya memperlakukan semua individu dengan adil tanpa memandang agama atau kepercayaan mereka. Ini menciptakan lingkungan yang memungkinkan beragam agama dan kepercayaan untuk berkembang dan dihormati.

Kebebasan Ekonomi: Meskipun demokrasi fokus pada proses politik, banyak negara demokratis juga mendukung ekonomi pasar bebas, yang memberikan individu kebebasan untuk berusaha, berinvestasi, dan berdagang sesuai dengan kepentingan mereka.

Kebebasan Hak Asasi Manusia: Demokrasi cenderung menghormati dan melindungi hak asasi manusia, seperti hak atas hidup, kebebasan dari penyiksaan, dan hak untuk hidup dalam martabat.

Definisi Demokrasi dan Tipuannya

Definisi-definisi demokrasi yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh tersebut memberikan sudut pandang yang beragam tentang apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh demokrasi. Berikut adalah ringkasan dari berbagai definisi tersebut:

Abraham Lincoln: Demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Ini menekankan bahwa kekuasaan politik harus muncul dari rakyat dan bertanggung jawab kepada mereka.

C.F. Strong: Demokrasi adalah sistem pemerintahan di mana mayoritas warga yang berusia dewasa berpartisipasi dalam politik melalui sistem perwakilan. Ini menciptakan pertanggungjawaban pemerintah terhadap warga.

Haris Soche: Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana rakyat memiliki peran dalam mengatur, mempertahankan, dan melindungi diri mereka sendiri dari paksaan pihak lain atau badan pemerintahan.

Montesquieu: Montesquieu menekankan pentingnya pembagian kekuasaan dalam demokrasi. Kekuasaan negara harus dibagi menjadi tiga institusi yang independen: legislatif, eksekutif, dan yudikatif, agar tidak ada satu lembaga yang terlalu kuat.

Affan: Affan menyajikan dua definisi demokrasi, yaitu normatif dan empiris. Demokrasi normatif adalah gambaran ideal yang ingin diwujudkan oleh negara, sementara demokrasi empiris adalah realitas politik yang ada dalam masyarakat.

Aristoteles: Menurut Aristoteles, demokrasi adalah kebebasan bagi setiap warga negara, dan prinsip utama demokrasi adalah kebebasan itu sendiri. Demokrasi memungkinkan warga untuk berbagi kekuasaan dalam negara mereka.

Hanya Aristoteles yang dapat mendefinisikan demokrasi sesuai dengan apa yang ada di benak sebagian besar orang, yang pada intinya lagi-lagi mengambil satu kata utama, yakni 'kebebasan'.

Satu kata yang menjelaskan mengapa 'demokrasi' dalam sejarahnya ikut membebaskan hal-hal yang seharusnya tetap terpenjara dari sudut pandang agama, misalnya saja feminisme. Feminisme jika digabungkan dengan demokrasi maka akan memberikan gambaran yang bagus di awal, yakni kesetaraan, kesempatan yang sama dengan kaum laki-laki. Namun lama-kelamaan, menjadi sebuah penyakit akut yang berdampak domino. Feminisme berlanjut tidak hanya kepada kebebasan dalam berbicara, namun juga dalam berpakaian dan berperilaku. Kerudung dan bentuk pakaian yang sopan yang pertama-tama dilucuti, kemudian muncul kaum 'nudis' serta mereka yang berpakaian membangkitkan nafsu birahi, yang setiap hari menambah angka kasus-kasus pelecehan seksual karena tindakan mereka yang melawan hukum alam yang dibuat Tuhan. Lekuk-lekuk tubuh yang menjadi tontonan tak hanya di jalanan, namun juga di dawai-dawai yang setiap hari menjadi pegangan manusia modern. Mengubah orientasi, mempengaruhi alam bawah sadar, serta membesarkan syahwat yang berdampak buruk bagi kehidupan sosial, kriminalitas, dan budaya.

Hingga akhirnya, kini kaum pelangi ikut berlindung di bawah payung 'demokrasi'.

Mungkin itulah mengapa kaum agamis yang taat atau dari luar dikatakan sebagai fanatik, selalu memandang demokrasi sebagai jalan setan, karena pada kenyataan dan prakteknya istilah 'demokrasi' sering dimanfaatkan untuk memperdaya dan menipu.

Pengaruh yang Tersembunyi

Peradaban Barat telah lama menjadi pendorong utama dalam penyebaran pengaruh, cara hidup, dan konsep kebebasan ke seluruh dunia. Di tengah upaya-upaya ini, demokrasi telah menjadi alat yang sering digunakan untuk menyebarkan berbagai nilai dan norma. Meskipun ada manfaat dari majunya teknologi, dampak lainnya telah mengubah cara pandang terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan.

Salah satu dampak kontroversial dari pengaruh Barat melalui demokrasi adalah penyebaran ajaran ateisme. Pandangan ini, yang menolak keberadaan Tuhan, telah mendapat pengaruh signifikan dalam masyarakat yang menganut nilai-nilai sekuler. Sementara bagi beberapa orang itu merupakan pembebasan dari norma-norma keagamaan yang kaku, bagi yang lain, itu menciptakan ketidakseimbangan moral dan rohani dalam masyarakat.

Selain itu, pergaulan bebas dan pornografi juga telah menyebar luas sebagai dampak dari pengaruh Barat yang menggunakan demokrasi sebagai kendaraan. Nilai-nilai tradisional tentang moralitas dan etika seringkali terhempas oleh dorongan kebebasan pribadi yang berlebihan, yang menciptakan perpecahan dalam masyarakat.

Di dunia politik, konflik di Timur Tengah telah menjadi sorotan internasional. Upaya-upaya Barat untuk memperkenalkan sistem pemerintahan yang katanya 'lebih demokratis' seringkali menghasilkan ketidakstabilan dan perubahan yang kompleks. Isu terorisme, yang telah mengguncang wilayah tersebut, telah memunculkan respons yang kontroversial dan seringkali memiliki dampak yang merugikan.

Standar Terbaik

Demokrasi dan 'negara hukum' mungkin adalah hal paling ideal yang pernah kita dengar hingga saat ini, kebebasan yang menjadi hal paling disukai oleh seluruh makhluk di dunia harus mendapatkan batasan-batasan, dalam hal ini batasan-batasan itu adalah nilai-nilai kemanusiaan yang diejawantahkan dalam bentuk aturan-aturan hukum.

Misalnya saja kita bebas menggunakan suara kita, untuk berbicara, menyanyi, berpidato, apapun yang kita inginkan. Batasannya? tentu saja jika hal itu dilakukan di tempat-tempat yang tidak seharusnya sehingga mengganggu manusia yang lainnya. Atau misalnya saja kita bebas berpakaian sesuka kita, namun bagaimana jika bikini digunakan di dalam gereja, masjid, atau wihara? Nah, ada aturan yang itu merupakan batasan dari nilai-nilai kemanusiaan.

Pertanyaannya, bagaimana kalau nilai kemanusiaan, yang seharusnya bersifat universal itu tidak sekedar berbeda, namun telah menjadi rusak dan hancur? Tentu diperlukan standar yang tak akan pernah usang.

Masih bingung dengan pertanyaan saya di atas? Begini, zaman selalu berganti, dari abad kegelapan, menjadi zaman pencerahan dan keemasan, zaman perang, hingga zaman kemerdekaan, lalu reformasi, kesemuanya kadang membawa perbedaan nilai-nilai kemanusiaan. Dipukul guru disekolah di zaman orde lama atau awal orde baru tidak selalu menjadi kasus hukum seperti sekarang, setiap zaman melahirkan nilai-nilai kemanusiaan yang kadang berubah. Nah, bahkan jika nilai-nilai kemanusiaan itu adalah yang paling asasi sekalipun, seperti hanya ada dua jenis manusia di bumi ini yakni laki-laki dan perempuan. Nah, di akhir zaman, atau kembalinya zaman kegelapan dan kebodohan, dua orang yang berjenis kelamin sama bisa menikah secara bebas.

Kini, sudah jelas kan maksud dari dibutuhkan nilai-nilai yang tetap utuh, standar, dan tak akan pernah usang. Hal itu ada di sekitar kita, dekat, sangat dekat, yakni Kitab Suci dari Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Standar dan aturan itu tidak akan pernah usang, lusuh, yang ada ia hanya menjadi berdebu karena ditinggalkan jauh oleh manusia-manusia sombong yang memilih hukum lain yang dibuatnya sendiri di bumi ini.

Tuhan telah membuat nilai-nilai yang selalu abadi bagi manusia, menjadi penerang, pelindung, dan jalan keluar serta memiliki standar dalam membentuk hukum yang adil. Sayangnya nilai-nilai itu kini ditinggalkan jauh, di sudut-sudut yang berdebu, sehingga kebebasan pun tak lagi bisa terkendali dengan seharusnya dan 'demokrasi' menjadi alat untuk menipu yang sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun