Pintu dibukanya, Â Â Â Â
"Ibu!?"
Punggung sang ibunda masih tak berubah posisinya, sama sperti tadi, tidur ke arah samping membelakangi pintu kamar tidur. Ia pun lagi-lagi menghela nafas, menutup pintu kamar, lalu berbalik ke arah dapur. Ada sesuatu yang aneh di sana, semacam bayang-bayang yang bergerak-gerak, mungkin ada semut, tikus, kucing atau apa.
Lusi pun berjalan mendekat ke arah dapur dekat tangga supaya bisa melihat lebih jelas lagi dan ternyata ada suara lirih yang kembali terdengar.
'Nak... nak... kemarilah...'
Agak bergidik, instingnya menggerakkan kaki untuk mengambil beberapa langkah menaiki tangga sambil menjaga pandangan tetap ke arah dapur. Kemudian tiba-tiba terdengar suara keras seperti jejak kaki saat ia terbangun tadi.
Duk Duk Duk!
Ada gerakan di depan, sosok dengan bayangan hitam yang membesar dengan suara langkah yang jelas.
Tarikan nafasnya segera memburu, rasa takut kembali menghantuinya, dan ia tahu kali ini bukan lagi mimpi, guratan penyangga tangan di tangga terasa begitu nyata. Kakinya segera menyuruhnya untuk berlari menaiki anak tangga, kali ini dua-dua sekaligus dan dalam hitungan beberapa detik saja ia sudah membuka pintu kamar dan menutupnya.
Duk Duk Duk!Â
Suara itu terdengar mendekat, dan kepanikan secara cepat mendatanginya. Ia bingung harus ke mana, dilihatnya sekilas jendela yang tertutup.