"Aku percaya setiap yang diberikan dari hati. Akan sampai pada hati."
"Tapi mungkin, kepercayaanku adalah tahayul."
Pesan singkat yang terkirim di malam itu. Â Tidak ada balasan kalimat ataupun kata. Hanya senyum simpul yang dikirim untuk menjawab semua ocehanku. Beribu kali kusampaikan, dia hanya terdiam.
"Mas, sebelum aku menikah. Bolehkah, hanya semenit kita bertemu."
"Atau, jika memang engkau sibuk dengan pekerjaanmu. Aku ingin menelponmu, barang hanya semenit."
"Mas ?"
"Sesibuk itukah, hingga tak sempat kamu membaca pesanku ?"
Berhari-hari telah berlalu, minggu telah terlewat. Tidak kunjung ada kabar darinya. Hingga di sore hari dia menjawab,
"Semoga bahagia"
"Aku menghormati pilihanmu, namun ingatlah bahwa akan ada aku di wajahmu."
Satu pertanyaan meluncur dari mulutnya, usai berdiam lama sekali. Berhari-hari dan berminggu-minggu dia tidak merespon pesanku.