"Aku harus berpikir."
"Aku terlalu berhati-hati."
"Sebenarnya ingin membawamu kesini, namun kamu sudah dahulu memutuskan pergi."
"Apa yang bisa ku jawab, kecuali diam. Semua telah ku rencanakan sedetail mungkin dalam folder."
"Tapi Tuhan berkehendak lain. Dia lebih cepat membuka foldermu, sebelum aku menunjukkan isi folderku."
"Mas, apa yang bisa kulakukan ? Aku tidak pernah berani menyapamu."
"Kamu juga tak pernah melihatku dengan sebenarnya"
"Tak pernah menyatakan aku ada."
"Lalu ?"
Dia mencoba menerka alasanku. Namun tak pernah kujelaskan apa yang membuatku pergi. Â Dia membiarkan air mataku menetes berkali-kali.
"Menangislah, jika itu membuatmu lega!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!