Setelah Ziya kembali kerumah di malam hari. Dia melangkah menuju kamarnya dengan letih tak berdaya, hanya rasa sakit di dadanya yang bisa ia rasakan sekarang. Ziya merasakan bahwa perpisahan 20 tahun dengan Zayne seolah-olah tidak memutuskan tali apa-apa. Sosok Zayne adalah tokoh lama yang dinantikan Ziya sangat lama. Ziya hanya bisa menanti tanpa pernah tau Zayne akan datang atau tidak.Â
Namun nyatanya rasa saling merasa takut untuk kehilangan yang pernah ada dulu hilang. Sudah bertahan terlalu lama dan Ziya menunggu kedatangan Zayne yang sudah dijanjikan.
*FlashbackÂ
Suasana pagi hari di Bandung. Ziya kecil saat masih berumur 6 tahun sedang mengintip dibalik tembok pagar rumah melihat keluarga Zayne sibuk berkemas memasukkan barang ke dalam mobil. Zayne melihat Ziya berlari ke arahnya.Â
Zayne: Ziya..aku janji suatu saat nanti kita akan bertemu lagi.
Ziya: janji ya Zayne?, selamanya selalu jadi dirimu sendiri ya jangan berubah.
Zayne pun mengangguk dan memasangkan scarf kepada Ziya, menunjukan janji yang terikat dari keduanya. Setelah Zayne berada di dalam mobil. Dia melihat melambaikan tangan ucap perpisahan ke Ziya yang masih tengah berdiri disana.
*Flashback Off
Rasa sesak yang akhirnya membuat Ziya menangis dan tidak bisa berkata-kata apapun. Sampai akhirnya dia pun tertidur karena efek obat yang diberikan di rumah sakit tadi. Keesokan harinya Ziya terbangun dan melihat sudah ada Alden dibalik pintu dengan posisi berdiri sambil melipat tangan di dada. Nampaknya Ziya tahu bahwa Alden kesal karena kesalahan semalam dia mengkonsumsi obat dengan dua dosis.
Ziya: iyaa aku salah langsung minum dua dosis sekaligus.
Alden: memangnya Zayne tidak memberi tahu padamu untuk meminumnya di pagi hari?.