Mohon tunggu...
Reine Sabrina Rafiah Usman
Reine Sabrina Rafiah Usman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Halo salam kenal readers!. Saya seorang mahasiswa jurusan ilmu komunikasi di Universitas Komputer. Saya senang sekali ketika membaca novel dan juga suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Kisah Tanpa Cerita

30 Januari 2024   07:53 Diperbarui: 30 Januari 2024   07:55 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Tanpa Cerita - Dokpri

Scene 1

Bandung yang sedang mengalami musim hujan membuat seorang gadis menggulung tubuhnya di balik balutan selimut tebal. Ia seorang pengrajin kriya kayu yang sangat pandai dalam membuat karya. Gadis yang biasa dikenal dengan nama Ziya Anindita tengah sibuk dengan profesinya dengan membuatkan kriya dari sebuah kayu untuk customers. 

Minggu merupakan hari yang paling Ziya dambakan, walaupun pekerjaan nya bisa dikatakan freelance. Ziya masih bisa menyempatkan waktu untuk bisa berkumpul dengan keluarganya. Ziya hanya bertiga dalam satu keluarga, Bunda Clarina dan juga kakak laki-laki bernama Aiden. Perbedaan umur Ziya dengan Alden tidak terlalu jauh hanya selisih 7 tahun. Maka dari itu Bunda Clarina sangat tegas pada keduanya.

Bunda Clarina: Ziya bangun gak, jangan karena hari Minggu kamu santai banget ya.

Ziya: aduhh...iyaa bentar lagi bun, Ziya masih ngantuk sekali.

Bunda Clarina: gak bisa, bangun sekarang bantu bunda masak.

Ziya: yasudah Ziya bangun.

Bunda Clarina: sekalian bangunkan kakakmu ya.

Ziya: bun kenapa nggak sekalian bangunin nya sih?.

Bunda Clarina: udah biar kamu gerak, sudah cepat bangun.

Tidak lama Ziya pun bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka. Melangkah menuju kamar Alden dan menyuruhnya untuk segera ruang makan untuk sarapan. Sedari kecil Alden dan Ziya sudah dibiasakan oleh Bunda Clarina saling membantu meringankan pekerjaan dirumah. 

Alden langkah menuruni tangga menghampiri Ziya dan Bunda Clarina.

Alden: selamat pagi bunda dan adikku tersayang.

Bunda Clarina: lama amat turunnya ke bawah, ngapain dulu kak.

Alden: habis cek ulang rekam medis pasien semalam bun, ada beberapa yang harus Alden masukin datanya ke laptop dulu.

Ziya: oh iya kak, katanya dokter Ahmet dipindahkan?.

Alden: iya pagi tadi berangkat ke Jakarta Dokter Ahmet.

Bunda Clarina: lalu nanti bagaimana Ziya check up, apakah sudah ada yang menggantikannya?.

Alden: sudah ada yang menggantikannya bun, kemungkinan besok Ziya jadwal untuk kontrol.

--Skip--

*Allson Residence Jakarta

Jauh dari kediaman Ziya, seseorang sedang berkemas barang-barang nya. Zayne Prahmana sukses dan bisa mencapai keberhasilan menjadi seorang Dokter spesialis penyakit dalam. Dia dipindahkan tugas ke Rumah Sakit Mayapada di Bandung. Tidak hanya Zayne yang berkemas barang, tetapi ibu dan ayahnya juga ikut berangkat ke Bandung.

Ibu Razva: sudah siap semuanya nak?

Zayne: sudah bu, tinggal sisa barang-barang perlengkapan dokter aja yang harus Zayne cek ulang biar tidak ada yang tertinggal.

Ibu Razva: yasudah kalau begitu langsung bawa ke bawah ya bapakmu sudah nunggu.

Zayne: baik bu nanti kalau sudah semua Zay kebawah.

Setelah semua barang keluarga Zayne masuk ke dalam mobil. Mereka pun berangkat menuju Bandung menempuh perjalanan selama 2 jam. Awalnya Zayne ingin menyewa sebuah Apartemen M Square untuk dirinya tinggal yang tidak terlalu jauh dari tempatnya bertugas. Namun Ibu Razva berniat untuk kembali kerumah mereka yang lama. Zayne pun akhirnya menyetujui hal tersebut.

Setelah keluarga Zayne sampai dirumah lama mereka. Ibu Razva dan Bapak Evan lebih dulu turun dari mobil. Sedangkan Zayne sibuk menurunkan barang-barang mereka. Selang ibu Razva lepas rindu melihat rumah lama nya penuh kenangan, seseorang menghampiri ibu Razva.

Ziya: loh tante Razva sudah lama sekali tidak kesini, bagaimana kabarnya semua sehat?

Ibu Razva: Alhamdulillah kami baik Ziya, kamu makin cantik saja pangling loh tante.

Ziya: hehe...makasih tante.

Ziya tersenyum senang yang melihat Zayne sedang menurunkan barang mereka dibantu oleh bapak Evan.

Ibu Razva: Zayne ini loh Ziya sapa dulu kalian sudah lama sekali tidak bertemu.

Mendengar omongan ibunya Zayne hanya fokus menuruni barang dan tidak melihat ke arah Ziya sedikitpun. Ziya yang melihat itu hanya bisa tersenyum paksa.

Ibu Razva: mungkin dia kecapean tadi menyetir dari Jakarta.

Ziya: iya gapapa tan, kalau begitu Ziya masuk dulu ke dalam panggil bunda.

Ziya pun masuk kedalam rumah menghampiri Bunda Clarina. Memberi tahu bahwasannya keluarga Zayne kembali. Disisi lain, Ziya merasa kalau tatapan Zayne dingin dan asing. Namun dia berpikir mungkin apa yang dibilang Ibu Razva benar. Malam harinya Ibu Razva mengundang keluarga Ziya untuk makan malam dirumahnya. Tetapi hanya Bunda Clarina dan Alden saja yang bisa ikut makam malam bersama. Ziya Mendadak harus menyelesaikan orderan kriya ukiran kayu untuk klien besok pagi. 

Besok paginya Alden dan Bunda Clarina yang sedang sarapan di ruang makan, melihat Ziya yang terburu-buru menuruni tangga dan sudah siap untuk pergi ke studio pameran seni rupa. Bunda Clarina sempat menyuruh Ziya untuk sarapan terlebih dahulu, tetapi nampaknya tidak bisa. Akhirnya dibuatkan bekal untuk Ziya makan nanti.

Alden: jangan lupa nanti siang jadwal mu untuk check up ya.

Ziya: iya setelah pameran selesai aku kesana.

Bunda Clarina: hati-hati di jalannya ya nak, kabari jika sudah sampai.

Pameran kriya seni rupa selesai menunjukan di jam 2 siang. Ziya pun melihat notifikasi pesan dari Alden. Mengingat percakapan tadi pagi, bahwa dia sudah janji pada Alden datang ke rumah sakit untuk kontrol sore hari. Saat sampai di rumah sakit, Ziya terus menghubungi Alden namun tidak diangkat. Seseorang menghampiri Ziya yang sedang merasa kesal ditengah menelpon Alden. Ziya pun tidak menyadari kehadiran orang tersebut. Sampai akhirnya orang tersebut memanggil nama Ziya.

Zayne: Ziya.

Ziya: Zayne.., kamu ngapain disini?

Zayne: hari ini aku yang akan menangani mu.

Ziya: maksudnya kamu yang akan jadi dokter spesialisku hari ini?
Zayne: hmm..Dokter Alden sedang ada jadwal operasi sekarang, jadi kemungkinan tidak bisa angkat teleponmu.

Zayne yang melihat Ziya seperti sedang memikirkan sesuatu, mencoba untuk menyadarkan lamunan nya dan segera untuk di check kondisnya. Ziya pun mengikuti Zayne keruangannya untuk diperiksa. Zayne pun menanyakan perihal keluhan dari kondisi Ziya. 

Zayne: apakah selama beberapa minggu sebelumnya ada terasa sesak di dada?.
Ziya: kadang-kadang saja dok.

Zayne: baik kalau begitu sebisa mungkin makan dengan baik, berolahraga rata-rata 30 menit atau lebih per hari, dan tidur delapan jam setiap malam.

Ziya: baik dok.

Zayne: saya akan berikan resep untuk kamu konsumsi besok pagi.

Ziya: kalau begitu saya permisi, terima kasih.

Melihat situasi dengan Zayne seperti itu. Membuat Ziya merasa bahwa pertemuannya dengan Zayne sebuah kesalahan.

Scene 2

Setelah Ziya kembali kerumah di malam hari. Dia melangkah menuju kamarnya dengan letih tak berdaya, hanya rasa sakit di dadanya yang bisa ia rasakan sekarang. Ziya merasakan bahwa perpisahan 20 tahun dengan Zayne seolah-olah tidak memutuskan tali apa-apa. Sosok Zayne adalah tokoh lama yang dinantikan Ziya sangat lama. Ziya hanya bisa menanti tanpa pernah tau Zayne akan datang atau tidak. 

Namun nyatanya rasa saling merasa takut untuk kehilangan yang pernah ada dulu hilang. Sudah bertahan terlalu lama dan Ziya menunggu kedatangan Zayne yang sudah dijanjikan.

*Flashback 

Suasana pagi hari di Bandung. Ziya kecil saat masih berumur 6 tahun sedang mengintip dibalik tembok pagar rumah melihat keluarga Zayne sibuk berkemas memasukkan barang ke dalam mobil. Zayne melihat Ziya berlari ke arahnya. 

Zayne: Ziya..aku janji suatu saat nanti kita akan bertemu lagi.

Ziya: janji ya Zayne?, selamanya selalu jadi dirimu sendiri ya jangan berubah.

Zayne pun mengangguk dan memasangkan scarf kepada Ziya, menunjukan janji yang terikat dari keduanya. Setelah Zayne berada di dalam mobil. Dia melihat melambaikan tangan ucap perpisahan ke Ziya yang masih tengah berdiri disana.

*Flashback Off

Rasa sesak yang akhirnya membuat Ziya menangis dan tidak bisa berkata-kata apapun. Sampai akhirnya dia pun tertidur karena efek obat yang diberikan di rumah sakit tadi. Keesokan harinya Ziya terbangun dan melihat sudah ada Alden dibalik pintu dengan posisi berdiri sambil melipat tangan di dada. Nampaknya Ziya tahu bahwa Alden kesal karena kesalahan semalam dia mengkonsumsi obat dengan dua dosis.

Ziya: iyaa aku salah langsung minum dua dosis sekaligus.

Alden: memangnya Zayne tidak memberi tahu padamu untuk meminumnya di pagi hari?.

Ziya tidak menjawab. Dia hanya tertunduk diam tidak berbicara apapun dan membiarkan kakaknya memarahi.

Alden: Zayne bilang pada kakak, semalam kamu tampak berbeda dan berubah. Kenapa kamu seakan membuat jarak dengannya?. Zayne teman kecilmu dek. Dia ingin berkomunikasi denganmu lebih baik lagi.

Ziya: kak jangan buat seakan-akan ini salah Ziya bisa??. Kak Alden memangnya tau bagaimana pertemuan kembali kami seperti apa?. Tiba-tiba di suatu hari baik yang dimana aku senang dia datang dan kembali, tapi di satu sisi perubahan dia yang menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan yang harus dijelaskan.

Alden yang mendengar hal itu pun merasa kasihan dan tidak tega pada adiknya. Banyak hal yang terjadi begitu besar kepada Ziya sampai pada akhirnya harus menjadi diri dia yang lain. Ziya pun mulai menitiskan air mata kembali. Ziya kini bersiap  menuju studio.

Sebenarnya Ziya hari ini banyak sekali yang harus dibuat. Tetapi pikirannya tidak fokus dan selalu teralihkan momen bersama Zayne. Disamping itu, notifikasi pesan muncul di layar handphone Ziya. Ziya hanya membaca pesan tersebut tidak membalasnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Ziya masih berada di dalam studio. Rekan-rekannya sudah banyak yang mengajak nya untuk pulang. Namun Ziya masih ingin berada di dalam studio sebentar. Alden terus menghubungi Ziya terus menerus, tapi tidak diangkat. Bunda Clarina pun cemas dengan anak gadisnya belum pulang. 

Scene 3

Waktu terus berjalan sampai jam 8 malam. Ziya baru menyelesaikan kriya nya dan hendak bersih-bersih. Saat Ziya keluar dari studio, situasi diluar hujan deras tidak memungkinkan Ziya untuk bisa pulang sekarang. Tak lama Ziya menunggu hujan reda ada mobil yang berhenti di depan studio. Ziya mengenali mobil tersebut.

Ziya: Zayne...?
Zayne: Ziya..maafkan aku. Aku sudah dengar semuanya dari Alden. Maaf sudah membuat jarak yang antara yakin dan ragu. Tidak bisa mengontrol perasaan dan logika. Aku banyak berubah dan tidak menepati janji.

Ziya: Zayne aku cuman ingin kamu tahu bahwa selama ini yang kurasakan adalan sendiri saat kamu hadir.

Zayne: aku tau, aku minta maaf. Aku nggak mau menyakitimu dengan kehadiran aku yang bertahun-tahun tidak menepati janji. Aku merindukanmu Ziya.

Ziya: aku kira kamu tidak rindu padaku.

Zayne: kali ini tidak perlu banyak suara. Cukup kamu dan hati yang siap menerima. Kalau begitu mari kita pulang ibu dan kakakmu sudah khawatir.

Ziya: kau berhutang banyak cerita padaku Zayne.

Zayne tertawa mendengar ucapan itu. Kini Ziya menyadari bahwa tokoh utama tanpa peran tokoh kedua tidak akan ada kisah cerita. Selayaknya seorang penulis yang membukukan cerita cintanya untuk diabadikan pun akan tersampaikan diwaktu yang tepat.

--End--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun