***
Di malam hari, segenap penghuni rumah hanya berdiam diri sesaat setelah mendengarkan penjelasan Papi, apalagi kalau bukan cerita tentang botol-botol yang diperjualbelikan adikku ke pengrajin sambal.
Berdasarkan informasi dari Papi, aku semakin yakin kalo adikku sudah menjadi seorang makelar nakal yang mencatut nama Papi secara sembarangan di luar sana.
Botol-botol kosong itu ternyata diperolehnya dari pabrik botol milik Papi.
Dengan akalnya yang licik, adikku diam-diam mencoba mengeluarkan puluhan sampel botol dari lokasi penyimpanan di gudang pabrik tanpa melalui prosedur resmi dan menjualnya ke pengrajin sambal dengan harga menggiurkan. Semuanya mengatasnamakan Papi.
“Papi kok tidak marah ya ke kamu, hebat betul kamu, Vin, Coba kalo kakak di posisi yang sama seperti kamu, pasti sudah kena caci maki dan omelan sumpah serapah”
“Sudahlah kak, jangan diungkit-ungkit lagi masalahku”
“hanya karena kamu anak lelaki satu-satunya di rumah ini, yang akan meneruskan usaha Papi….”
“kakak, apa-apan sih ngomognya?”