Saat semua orang sedang lelap tertidur, Ahmad Yani masih saja membereskan tumpukan dokumen yang menumpuk didepan mukanya. Ia hendak bersiap untuk tidur dan melanjutkan pekerjaannya besok. Namun tidak seperti biasanya, malam itu Ahmad pergi ke kamar anak-anaknya terlebih dahulu untuk mengecek kondisi mereka malam itu. Seteleh itu, ia pun pergi mencuci tangan dan kaki kemudian tidur.
Baru beberapa jam ia tertidur, seisi rumah dikejutkan dengan suara tembakan di setiap penjuru rumah dan suara sepatu lapangan tentara berlarian dari ujung ke ujung. Eddy, putra bungsu Ahmad dan juga pembantu rumah tangga Ahmad sudah bangun saat itu dan sedang berjalan di ruang tengah pun langsung terkejut akan suara-suara itu. Tiba-tiba saja seisi rumah sudah dikepung oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai Cakrabirawa. Salah seorang Sersan dari Cakrabirawa itu memerintahkan pembantu itu untuk membangunkan Ahmad, namun ia tidak berani dan Eddy lah yang akhirnya membangunkan bapaknya.
"Pak, bangun pak, itu ada banyak tentara diluar mencari bapak." kata Eddy sambil menggoyang-goyangkan tubuh Ahmad dan menunjuk kea rah luar kamar.
"Hmmpp, ada apa nak?" kata Ahmad yang baru saja terbangun dari tidurnya.
"Itu pak.." Eddy menunjuk ke arah luar kamar sambil ketakutan, suaranya gemetar. Tiba-tiba Sersan yang tadi beserta dengan beberapa anak buahnya mendobrak masuk pintu kamar Ahmad Yani. Eddy yang saaat itu ketakutan berlari ke arah pembantunya. Kemudian masuk tentara-tentara lainnya melalui pintu dan jendela yang ada di seisi rumah dan menimbulkan suara bising yang membuat seluruh anak-anak Ahmad terbangun.
Ahmad heran, untuk apa pasukan tentara sebanyak ini mengepung rumahnya di dini hari seperti ini. Namun Ahmad tidak curiga, karena ia memang sudah ada rencana untuk menemui Soekarno, namun ia tak menyangka bahwa akan dijemput seperti ini. Sersan itu pun menjelaskan bahwa mereka menjemput Ahmad, Â karena Ahmad diminta menghadap langsung Presiden Soekarno segera saat itu juga.
"Anda diminta menghadap pak presiden secara langsung." Kata Sersan yang membawa senapan di tubuhnya itu.
"Baik, tunggu sebentar, saya mandi terlebih dahulu." Ahmad sudah membalikkan badannya untuk ke kamar mandi
"Tidak usah mandi!" kata sersan itu dengan tegas.
"Baik, kalau begitu biarkan saya ganti baju dahulu." kata Ahmad, karena pakaiannya saat ini hanyalah baju tidur, tidak sopan jikaia menemui presiden dengan penampilan seperti ini.
"Tidak usah ganti baju, jenderal!" kali ini sersan itu membentak Ahmad. Hal itu pun membuat Ahmad marah, bagaimana mungkin seorang bintara berani bersikap kurang ajar dan membentak Jenderal seperti itu. Ahmad yang memang sudah tidak bisa menahan emosi akhirnya menempeleng kepala sersan itu kemudian berjalan ke arah pintu. Anak buahnya pun langsung bersiap untuk menembaki Ahmad.