Mohon tunggu...
Refalina Putri Nursiami
Refalina Putri Nursiami Mohon Tunggu... Lainnya - XII MIPA 7 SMAN 1 PADALARANG

Refalina Putri Nursiami XII MIPA 7 -an amateur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak Emas yang Terkepung

15 November 2021   19:48 Diperbarui: 15 November 2021   20:40 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Akhirnya pekerjaan mereka pun selesai dan Ahmad beserta keluarganya akan segera berangkat menuju Bogor. Tapi tiba-tiba ada orang yang mendatangi rumah mereka. Dia tidak terlihat seperti orang Indonesia karna perawakannya yang besar, kulitnya yang putih, rambut pirang dan juga bola mata berwarna biru, yap benar! Orang yang mendatanginya adalah orang Belanda. Ahmad heran untuk apa orang ini berada di rumahnya, sebenarnya dia juga sedikit takut dengan orang itu, namun dia tidak menunjukkan ketakutannya. Ternyata setelah mendengar apa yang dikatakan orang Belanda itu, dia memiliki urusan dengan bapaknya, Ahmad menguping sedikit pembicaraan mereka, walaupun ini perbuatan yang tidak baik tapi dia sangat ingin tahu pembicaraan mereka.

Jangan remehkan anak kelas 3 SD. Walaupun masih anak sekolah dasar, Ahmad mengerti dan bisa bicara bahasa Belanda. Jadi dia juga bisa mengerti apa yang dibicarakan oleh bapaknya dan orang Belanda tadi. Kurang lebih isi percakapannya seperti ini: Kau harus cepat-cepat pergi ke Batavia, kalau tidak nanti bos akan marah besar padamu, jangan sampai kau membuat kesalahan, karna kalau kau membuat kesalahan walau sedikit saja, nyawamu akan melayang.

Ahmad yang mendengar hal itu pun dibuat terkejut. Kini Ahmad tahu apa yang membuat dirinya dan keluarganya harus terus-menerus pindah. Ternyata itu karena pekerjaan bapaknya yang merupakan bawahan dari Belanda. Ahmad merasa sedih dan sakit hati mengetahui fakta bahwa ternyata bapaknya selama ini kesulitan dan berada dibawah tekanan dari Belanda. Bapaknya selalu tersenyum dan tertawa ketika mereka sedang berkumpul. Tidak pernah sekalipun bapaknya menunjukkan wajah yang sedih, tertekan ataupun marah. Akhirnya orang Belanda tadi pun beranjak dari kursi dan akan segera pergi. Ahmad yang mengintip dan menguping mereka dari tadi buru-buru pergi karna takut ketahuan oleh mereka berdua.

Setelah orang Belanda itu pergi Ahmad segera menghampiri bapaknya dan memeluk kakinya dengan erat tanpa mengeluarkan satu patah kata pun. Bapaknya mengira bahwa Ahmad takut oleh orang Belanda tadi, ia pun balik memeluk Ahmad dan menggedongnya sambil mencium keningnya. Ahmad yang diperlakukan begitu pun merasa semakin sedih dan khawatir akan keadaan bapaknya.

Setelah adzan ashar berkumandang, mereka pun sholat ashar terlebih dahulu di masjid. Setelah semuanya siap mereka akhirnya langsung pergi dari Magelang ke Bogor. Tak lupa mereka semua berdoa agar selalu diberi perlindungan oleh Yang Maha Kuasa.

Akhirnya mereka pun sampai di Bogor. Mereka harus berjalan dulu beberapa meter sebelum sampai di rumah baru yang akan mereka tempati. Ketika mereka sampai di kediaman mereka, Ahmad terkejut karna rumah itu lebih besar daripada rumah yang pernah mereka tinggali. Ahmad pun berlari-lari di halaman rumahnya yang masih berantakan itu diikuti oleh adik kecilnya di belakangnya dan berakhir main kejar-kejaran. Padahal mereka baru saja melakukan perjalanan jauh, namun mereka tidak merasa lelah. Orang tuanya yang melihat anak-anaknya senang pun merasa senang dan hal itu menghilangkan sedikit kegelisahan yang mengganjal di hati mereka.

Suhu dingin yang menusuk kulit membuat Ahmad masih ingin tinggal di dalam dunia mimpinya. Pagi itu suasana masih sama, ada bapaknya yang akan berangkat kerja, ibunya yang sedang menyiapkan sarapan dan Ahmad beserta adiknya yang masih terlelap tidur. Ahmad memang sudah mendapatkan sekolah barunya, namun dia masuk mulai besok dan hari ini akan dihabiskan untuk beres-beres peralatan sekolah dan juga istirahat untuk memulihkan energi yang sudah habis selama perjalanan kemarin.

Hari esok pun tiba. Ahmad sudah tidak sabar untuk pergi ke sekolah barunya, sebenarnya nama sekolahnya masih sama seperti dua sekolah sebelumnya yaitu di Hollands Inlandse School (HIS) namun, sekolah ini berada di kota yang dijuluki Kota Hujan atau Bogor. Memang ya, julukan sebuah kota itu tidak pernah salah. Baru saja Ahmad melangkahkan kaki keluar dari rumahnya tiba-tiba saja turun hujan. Untungnya masih gerimis, jadi Ahmad masih bisa berangkat ke sekolah walaupun harus basah sedikit. Dia tidak mau terlambat di hari pertama sekolahnya. Ahmad sangat ingin cepat-cepat belajar di sekolah karna dia memang sangat suka belajar. Dia sepertinya tidak akan pernah bisa lelah walaupun belajar terus menerus.

Dua tahun pun sudah berlalu. Pada tahun 1935, Ahmad sudah lulus dari Hollands Inlandse School (HIS) Bogor. Dia pun melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Karena nilainya yang cukup baik, guru nya memberi saran pada Ahmad untuk melanjutkan ke Meet Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO) Bogor. Ahmad pun mengikuti saran dari gurunya tersebut, dia akhirnya mendaftarkan diri di Meet Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO) Bogor. Sekolah ini terletak tidak terlalu jauh dengan HIS, mungkin hanya terpisah beberapa bangunan saja. Ahmad berharap sekali untuk bisa diterima di MULO ini, karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang termasuk top di daerahnya. Setelah penantian panjang, akhirnya pengumuman penerimaan pun diumumkan dan Ahmad diterima di MULO. Hal itu pun membuat Ahmad senang sekali, dia berjanji bahwa akan belajar dengan lebih giat lagi agar bisa membanggakan ibu bapaknya.

Tidak seperti tahun-tahun di HIS yang penuh dengan kepindahan orang tuanya, di MULO ini Ahmad bisa menamatkan sekolahnya dengan baik tanpa memikirkan kemana lagi dia akan pindah. Hari-hari di MULO menurut pandangan Ahmad sangatlah hebat, karna disana banyak sekali murid yang berprestasi. Dalam hal kepandaian, banyak murid yang melebihi dirinya. Namun Ahmad tidak ambil pusing soal itu, dia hanya harus terus belajar dan belajar agar bisa menjadi orang seperti yang dia harapkan. Sudah seperti yang kalian sangka, pada tahun 1938, Ahmad berhasil lulus dari Meet Uitgebreid Lagere Onderwijs (MULO) Bogor dengan nilai terbaik.

Persaingan yang ketat dengan anak-anak lain membuat Ahmad semakin tertantang untuk menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Setiap hari dia selalu meluangkan waktu untuk membaca materi-materi dari sekolah dan selalu mencatat apa yang diajarkan gurunya di sekolah. Hasil memang tidak pernah mengkhianati usaha. Selama sekolah di MULO, Ahmad menjadi ketua kelas selama 3 tahun berturut-turut. Hal itu sudah membuktikan bahwa sedari kecil dia sudah memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Dia juga merupakan anak yang percaya diri di depan teman-temannya, ketika dia berbicara di depan kelas dia selalu menunjukkan bahwa kualitas dirinya lebih tinggi disbanding siswa yang lain. Ketika ada teman yang bertengkar, dia selalu melerai dengan halus, disaat yang lain hanya menonton, hanya Ahmad yang berani untuk melerai pertengkaran mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun