"Saya kira saya bisa mempercayainya karena dia orang yang sudah berkorban untuk negara kita. Padahal dia adalah orang yang berharga bagi negara ini, tapi kenapa dia malah ingin menjatuhkan saya?!" ucap Soekarno sambil menarik dasinya dengan kasar.
"Budi, tolong ambilkan dokumen yang ada di laci sebelah kanan." kata Soekarno ke asistennya sambil jalan kembali ke tempat duduknya.
"Baik pak." Budi memberikan dokumen itu kepada Soekarno. Soekarno pun membaca isi dokumen yang berisi list nama-nama itu.
"Budi, tolong kamu hubungi staf nya Jenderal Moersjid dan tanyakan apakah pukul 12 nanti bisa bertemu."
"Baik pak, tapi pertemuan ini untuk membahas apa ya pak?" tanya Budi hati-hati.
"Tidak usah banyak tanya! Cepat hubungi saja!"
"Apakah ini ada hubungannya dengan Dewan Jenderal, pak?" Budi masih ingin memastikan hal itu kepada Soekarno.
"KAMU DIAM SAJA! KALAU TIDAK TAHU APA-APA TIDAK USAH BANYAK TANYA!" Soekarno yang kala itu emosinya sedang memuncak berakhir dengan membentak asistennya sambil menggebrak meja. Â
"Maaf kalau saya lancang, tapi pak, saya kenal baik dengan Jenderal Ahmad Yani. Beliau tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Jika tujuan bapak menyuruh saya menghubungi Jenderal Moersjid itu untuk mengganti posisi Jenderal Ahmad Yani, saya sarankan bapak untuk berpikir kembali." Budi masih tetap pada pendiriannya untuk membela Ahmad walaupun sudah dibentak oleh orang nomor 1 Indonesia saat itu, Soekarno.
"Kamu bikin saya pusing, lebih baik kamu keluar sana!" kata Soekarno mengusir Budi untuk keluar dari ruangannya.
Soekarno yang saat itu mendengar mengenai kolaborasi AD dengan Barat pun terlihat sangat marah. Akhirnya Soekarno berencana memanggil Yani ke istana pada 1 Oktober 1965. Beliau berniat untuk mengganti Ahmad Yani dengan Jenderal Moersjid. Tapi Ahmad tak pernah mengetahui tentang hal ini.