Mohon tunggu...
Redha Mardhatillah
Redha Mardhatillah Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Steps to change

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Perindu Senja

12 Januari 2019   13:56 Diperbarui: 12 Januari 2019   14:30 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Untuk sekarang, belum."

"Kau masih marah?"

"Sudah tak begitu. Terakhir kali dia menangis di depan rumah sambil meminta maaf padaku dan Ayah. Aku langsung menghampirinya, namun Ayah tetap diam."

Pakcik mendengus pelan lalu menghentikan langkahnya di depan kolam yang tak jauh dari mesjid. Ia mencelupkan  kakinya sejenak untuk membersihkan pasir yang sempat menempel di kakinya. Aku juga begitu.

"Laki-laki itu benar-benar meninggalkan  ibumu?"

"Ya, Ibu pernah mengatakannya."

"Hah, keluargamu berantakan, namun kau tak harus kacau pula." Pakcik melanjutkan.

"Ya, soal Sofi, saya tak berniat mengungkit-ungkit lagi masakan itu. Saya sudah mencoba untuk melupakannya."

"Bukan mencoba yang kau butuhkan. Kau harus melakukannya dengan sungguh-sungguh. Coba-coba, kau hanya akan menjadi kacung perasaan, paham, kau? Soal jodoh, itu Allah yang mengatur. Mungkin saja suatu saat ada keajaiban. " Ucapnya tegas.

"Tapi, hati saya telah jatuh pada gadis itu, Pakcik."

"Jika jawabannya iya, kau akan mendapatkannya. Namun jika tidak, mungkin kau punya jodoh yang lain."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun