Mohon tunggu...
Red Bull
Red Bull Mohon Tunggu... Lainnya - Biodata

Perkenalkan kami adalah mahasiswa Universitas Internasional Batam jurusan Sistem Informasi Kelas 2SIMA. Kami dari Kelompok 1 yaitu Kelompok RedBull (Ready Say No to Bullying) yang beranggotakan tujuh orang mahasiswa: 1. Kisusyenni Venessa 1931150 2. Novita Chris 1931139 3. Audrey Saudjhana 1931166 4. Henly 1931082 5. Arif Budiman 1931002 6. Vincent 1931050 7. Steven 1931052

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bullying dan Hate Speech di Kalangan Remaja - PASEPRO 2020

26 Mei 2020   13:12 Diperbarui: 26 Mei 2020   13:13 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Observasi pada tanggal 19 Februari 2020 bersama Pak Esron Sibuea, S.Th.

Bully-victim adalah pelaku bullying yang dulunya di-bully/ diintimidasi. Bully-victim seringkali lebih lemah secara fisik dibandingkan dengan mereka yang melakukan bully terhadapnya. Namun, hampir selalu lebih kuat dari korban mereka. Bully-victim cenderung mengalami kecemasan, gelisah, kesepian, impulsif dan tertekan hingga mereka dewasa.

Pelaku bullying secara keseluruhan itu sendiri juga bisa mendapatkan dampak negatifnya ketika dewasa. Saat dewasa, pelaku rentan terjebak kecanduan narkoba, terlibat dalam tindak kekerasan, dan tindak kriminal lainnya. Bahkan ia bisa bersikap abusif atau melakukan tindak kekerasan pada orang terdekatnya, seperti pada pasangan atau anak-anaknya di masa yang akan datang.

Dampak bullying bagi saksi (bystanders)

Kebanyakan kasus bullying mengesampingkan peran saksi tindakan tersebut. Saksi bullying (bystanders) sebenarnya memainkan peran penting dalam intimidasi. Ada beberapa bullying yang memerlukan audiensi sebagai bentuk dominasi mereka para pelaku bullying. Namun, alih-alih menghentikan tindakan bullying tersebut, saksi lebih sering diam, tidak melakukan apa-apa, mengabaikannya, berpura-pura tidak ada hubungannya dengan pelaku maupun korban bullying, atau bahkan menyaksikan bullying dengan antusias. Hal tersebut justru menimbulkan dampak negatif bahkan pada saksi bullying yang tidak melakukan apapun. Mereka cenderung mengalami masalah-masalah psikologis jangka panjang karena menganggap bullying adalah suatu tindakan yang normal dilakukan. Saksi bullying rentan dengan kecemasan, depresi, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, juga bermasalah dengan prestasi akademik sehingga berdampak pada kesuksesan pada saat dewasa. Selain itu, saksi bullying juga cenderung mengalami rasa takut yang berlebih, tidak nyaman, rasa bersalah, dan perasaan tidak berdaya sehingga mempengaruhi tindakan mereka setelah terjadinya bullying. Mereka cenderung takut bergaul dan menghindari korban/pelaku bullying serta takut melaporkan tindakan bullying apabila terjadi lagi dikemudian hari.

Solusi Menghindari dan Menghadapi Bullying dan Hate Speech

  • Buktikan kalau kita itu lebih hebat dari mereka. Setiap manusia pasti lemah. Tetapi, di mata pembully kita memang lebih lemah. Sesungguhnya, kita memiliki kelebihan, kita bisa membuktikan kalau kita lebih hebat daripada mereka. Misalnya, pintar metematika, jago bulutangkis, dan lain-lain. Dengan begitu, mereka akan sadar kalau mereka sesungguhnya mempunyai kelemahan.
  • Usaha bangkit dari diri sendiri. Jika kita ingin bebas dari bullying, semuanya dimulai dari diri sendiri. Mengapa? Sebab jika kita tidak mencari cara untuk bangkit dari bullying tersebut, kita akan terus dikekang oleh orang yang menyakiti diri kita. Jika kita tidak bisa melakukannya, siapa lagi yang ingin menolong kita? Ada benarnya juga, jika kita ingin bebas dari bullying, kita perlu seorang teman. Tetapi, lebih baik kita bangkit dari bullying dari inisiatif diri sendiri.
  • Berani melaporkannya ke orang tua atau guru. Jika kita dibully, lebih baik minta bantuan kepada orang tua atau guru. Agar, kita bisa terbuka apa yang terjadi dengan diri kita. Menutupi apa yang terjadi hanya akan memperburuk masalah dan membuat kita menjadi takut bergaul dengan orang lain. Lebih baik terbuka dengan orang yang kita percaya seperti guru, orang tua, atau sahabat curhat kita.
  • Jangan mencoba mengakhiri hidup. Ini sangat penting! Jangan mencoba mengakhiri hidup. Mengapa? Selain berdosa, mengecewakan orang tua, dan pembully itu puas dengan apa yang dilakukan oleh diri kita sendiri. Jadi, jangan mencoba mengakhiri hidup. Selesaikan dengan cara yang baik dan berkonsultasi dengan orang yang kita percaya agar kita mendapatkan jalan keluar untuk mengatasi masalah yang kita alami.
  • Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdoalah kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi kesabaran dalam menghadapi masalah. Tuhan menopang kita. Tuhan melihat apa yang mereka perbuat. Tuhan juga akan memberi mereka hukuman yang setimpal dengan kita. Tuhan mengasihi kita agar kita bisa melewati masalah dan membuat kita tersenyum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun