Yang terakhir adalah Cyberbullying, bullying yang paling sering dilakukan akhir2 ini. Bentuk bullying ini mirip dengan verbal bullying/hate speech. Jenis bullying ini biasanya meliputi kata-kata kasar atau bahkan gambar yang nggak senonoh dimana pelaku mengirimkan gambar-gambar tersebut melalui media elektronik seperti line, whatsapp, instagram dan lain lain. Sudah banyak kasus cyberbullying yang terjadi sejak adanya media sosial. Banyak sekali kasus cyberbullying yang mengakibatkan korban bunuh diri,
salah satu contoh kasusnya adalah  remaja 18 tahun asal Texas, Brandy Vela, memutuskan menembak dadanya sendiri karena nggak tahan dibully terus-terusan lewat pesan-pesan kasar yang dia terima di ponselnya. Sebelum bunuh diri, Brandy sempat memberi tahu keluarganya kalau dia pengen mati. Saat keluarganya pulang, Brandy masih hidup, tapi pistol sudah ditodongkan ke dadanya. Kakaknya memohon agar Brandy nggak beneran bunuh diri. Saat kakaknya memanggil orangtuanya, dia mendengar bunyi senjata dari kamar Brandy. Brandy pun ditemukan sudah nggak bernyawa.
Penyebab Terjadinya Bullying dan Hate Speech
Bagaimana bullying dan hate speech dapat terjadi? Ada beberapa penyebab terjadinya bullying, di antara lain … dari sisi korban, mulai dari penampilan fisik, ras, terlihat lemah, hingga terlihat tidak mudah bergaul. Penyebab bullying pertama yang paling umum adalah akibat dari penampilan fisik. Ketika seorang anak memiliki penampilan fisik yang dianggap berbeda dengan anak lain pada umumnya, para bully dapat menjadikannya bahan untuk mengintimidasi anak tersebut. Perbedaan ras juga sering kali menyebabkan seorang anak terkena bully. Hal ini umumnya terjadi ketika seorang anak dengan ras berbeda memasuki satu lingkungan dan dianggap sebagai minoritas. Beberapa survey dan penelitian juga telah menunjukkan bahwa bullying akibat ras yang berbeda memang cukup sering terjadi. Penyebab bullying lainnya adalah ketika seorang anak dianggap lebih lemah dan terlihat tidak suka melawan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa bullying melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan juga korban. Pelaku tentunya merasa sebagai pihak yang lebih kuat dan dapat mendominasi korban yang lebih lemah. Selain karena lemah, terlihat tidak mudah bergaul dan memiliki sedikit teman juga menjadi salah satu penyebab menjadi korban bullying. Individu yang terlihat tidak mudah bergaul dan memiliki sedikit teman juga dapat terlihat lebih lemah dan membuat bully berpikir dapat mendominasi mereka. Sekelompok bully juga berpotensi melakukan bully pada kelompok yang dianggap lebih lemah dari kelompok mereka.
Dari sisi pelaku, salah satu pemicu seseorang menjadi bully adalah karena memiliki masalah pribadi yang membuatnya tidak berdaya di hidupnya sendiri. Pada anak-anak, penyebab seperti perkelahian berlebihan di rumah, perceraian orang tua, atau adanya anggota keluarga yang menjadi pecandu narkoba dan alkohol dapat memicu hal ini. Bullying baik verbal ataupun fisik yang dilakukan bertujuan agar individu tersebut merasa memiliki kekuatan. Penyebab lain adalah, pernah menjadi korban bully. Terdapat kasus terjadi di mana pelaku sebenarnya juga merupakan korban. Contohnya seperti anak yang merasa di-bully oleh saudaranya di rumah, kemudian anak tersebut membalas dengan cara mem-bully temannya di sekolah. Penyebab bullying selanjutnya adalah karena rasa iri pelaku pada korban. Rasa iri ini bisa muncul akibat korban memiliki hal yang sebenarnya sama istimewanya dengan sang pelaku. Pelaku mengintimidasi korban agar korban tidak akan lebih menonjol dari dirinya sendiri. Kurangnya pemahaman dan empati juga dapat menimbulkan perilaku bullying. Ketika seorang anak melihat anak lain berbeda dalam hal seperti ras, suku, dan agama, karena kurangnya pemahaman, maka mereka beranggapan bahwa perbedaan tersebut adalah hal yang salah. Mereka juga beranggapan bahwa menjadikan anak yang berbeda tersebut sebagai sasaran adalah hal yang benar. Adapula yang melakukan bullying karena ingin mencari perhatian, terkadang pelaku tidak menyadari bahwa yang dilakukannya termasuk ke dalam penindasan, karena sebenarnya apa yang dilakukannya adalah mencari perhatian. Penyebab lain dari sisi pelaku adalah kesulitan mengendalikan emosi, sehingga masalah kecil bisa membuat emosi pelaku meledak. Faktor lainnya, adalah keluarga kurang harmonis. Tidak semua anak dari keluarga kurang harmonis akan menjadi pelaku bullying, namun hal ini kerap terjadi. Sebagian besar pelaku adalah anak yang merasa kurang kasih sayang dan keterbukaan dalam keluarganya. Mereka kemungkinan juga sering melihat orang tuanya bersikap agresif terhadap orang-orang di sekitarnya.
Bagaimana dengan hate speech? Ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan seseorang melakukan ujaran kebencian. Yang pertama, prasangka buruk terhadap orang atau kelompok tertentu. Prasangka ini dapat terbentuk dari sosialisasi terus menerus oleh keluarga, pihak sekolah, teman-teman, atau orang-orang di sekitar pembuat ujaran kebencian. Tidak peduli hal positif apapun yang dilakukan oleh objek atau target ujaran kebenciannya, dia akan tetap menghakimi orang atau kelompok tersebut. Atau penyebab lain, bisa saja hate speech terjadi bukan karena pembuat Ujaran Kebencian bermasalah dengan identitas si target hate speech, melainkan karena kecewa atas perbuatan si target hate speech, sehingga ia mencomot identitas korban hate speech sebagai sasaran dan memprovokasi orang-orang sekitarnya untuk percaya bahwa latar belakang si korbanah yang membuatnya menjadi musuh bersama. Motif ini bisa disebut sebagai motif balas dendam.
Perlu diingat pula, ujaran kebencian itu bersifat menular. Jika seseorang menganggap pembuat ujaran kebencian sebagai sosok yang berkuasa, yang dapat dipercaya, atau diyakini setiap ucapannya, maka orang tersebut dapat menjadi sumber berita-berita buruk tentang target hate speech. Tidak peduli berita bohong atau opini pribadi sekalipun, selama ia bisa menyalurkan rasa ketidaksukaannya, hal itu menurutnya dianggap sah-sah saja untuk dibaca dan dibagikan.
Perasaan terancam juga dapat menjadi penyebab munculnya kata-kata merendahkan korban hate speech. Motif ini disebut dengan motif defensif. Khawatir negerinya dijajah secara ekonomi oleh para pendatang, pembuat ujaran kebencian pun melancarkan aksinya. Ujungnya bisa sangat mengerikan. Penyerangan terhadap kelompok etnis Tionghoa pada Tragedi 1998 adalah salah satu contohnya. Motivasi lain yang dimiliki para pembuat ujaran kebencian adalah perasaan senang di mana pelaku sekadar tidak suka atau sentimen sesaat saja dalam membuat ujaran kebencian.
Dampak Bullying dan Hate Speech
Seberapa bahaya dampak bullying itu sendiri?
Mungkin diantara kita ada yang suka iseng – iseng ngebully teman kita. Kalau memamg iya, sebaiknya kita menghentikannya. Bullying yang kita lakukan bisa merugikan koban tak hanya secara fisik namun juga secara mental. Apa yang kita lakukan dapat mempengaruhi masa depan mereka. Apakah bullying hanya akan berdampak pada korbannya? Tidak. Bullying memberikan dampak bagi sang pelaku, sang korban, dan orang yang melihatnya, saksi.
Dampak bullying bagi korban
- Dampak terhadap kesehatan. Saat kamu mem-bully temanmu, entah memukulnya atau mengejeknya, mungkin kamu tidak sadar bahwa apa yang kamu lakukan akan berdampak pada masa depan korbanmu. Secara fisik korbanmu bisa menderita memar sampai patah tulang. Korban akan tampak lemah dan tak berdaya. Sedangkan secara mental, efeknya tidak bisa diukur dengan mudah, mereka bisa mengalami trauma, depresi, rendah diri, timbul kemauan dibiarkan sendiri, cemas dan kegelisahan yang berlebihan ketika berpergian, sulit tidur nyenyak dan kerap mimpi buruk, ingin menyakiti diri sendiri, atau bahkan keinginan untuk bunuh diri. Masa depan mereka bisa saja terancam suram hanya karena keisengan kamu.
- Ikut melakukan kekerasan atau melakukan balas dendam. Sebelumnya telah kita bahas bahwa salah satu penyebab orang mem-bully adalah karena pada masa lalu orang tersebut menjadi korban. Bisa dibilang bullying adalah rantai panjang yang diawali dari satu pelaku yang kemudian melahirkan pelaku lainnya. Di sini aku mau mengajak kamu untuk tidak ikut-ikutan menjadi pelaku supaya rantai ini bisa terputus dan tidak lagi terlahir tukang bully-tukang bully baru lagi.
- Penurunan akademis. Â Korban bullying akan mengalami ketakutan dalam lingkungan bersama dengan pembullynya. Hal ini akan mempengaruhi kehadirannya dalam sekolah atau tempat belajarnya. Mereka cenderung akan memilih bolos dan tidak datang ke sekolah. Ketika sudah mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, minat mengerjakan tugas dan mengikuti kegiatan sekolah lainnya pun menjadi berkurang. Ujung-ujungnya korban drop out dari sekolah atau kegiatan yang awalnya ia sukai.
- Susah bergaul. Anak maupun orang dewasa yang mengalami bullying, secara tidak langsung ditempatkan pada status sosial yang lebih rendah dari rekan-rekannya. Hal ini membuat korban bully menjadi sering merasa kesepian, terabaikan, dan berujung pada turunnya rasa percaya diri.
- Kurangnya rasa percaya diri. Korban akan menjadi tidak mampu dalam menyampaikan pendapatnya dengan berani dan cenderung terbiasa mengikuti kemauan orang lain. Mereka berpikiran bahwa pendapat atau omongan mereka hanya akan menjadi bahan tawa bagi orang lain sehingga mereka tidak bisa mengungkapkannya. Rasa percaya diri yang kurang juga mempengaruhi bahasa tubuh mereka yang menjadi lemah, misalnya tak ada kontak mata, kepala menunduk dan badan membungkuk. Bahkan kadang ketika mereka dipukul didorong, ditendang dan kekerasan lainnya mereka tak berniat untuk membela diri dan hanya menyalahkan diri mereka sendiri.
Dampak bullying bagi pelaku
Tidak hanya pada korban, pelaku juga mengalami dampaknya sendiri sebagai bagian dari tindakan bullying itu. Terdapat 2 macam pelaku bully, yaitu pure bully dan bully-victim.Â
Pure bully atau pelaku bullying yang tidak mengalami pengalaman di-bully. Orang-orang ini adalah mereka yang selalu menempati peran dominan dan seakan-akan berada di puncak rantai makanan. Pure bully seperti tidak memiliki permasalahan psikologis yang berarti mempunyai  permasalahan moral dan tidak adanya empati. Pure bullying akan memiliki rasa percaya diri yang terlalu tinggi dimana disaat yang sama mereka tidak memiliki kepekaan tehadap batasan dan norma sehingga susah membangun hubungan sosial yang berkualitas dan menunjukan sikap agresif yang berlebihan. Pelaku bully semacam ini dapat berpotensi berkembang menjadi pribadi anti-sosial.Â