Mohon tunggu...
Redanti Valida
Redanti Valida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Reader

Stay positive

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jurnal Kajian Seni Pertunjukkan "Malam Jahanam" Teater Ruang Sativa 2021

29 April 2021   15:35 Diperbarui: 29 April 2021   15:40 6488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Richard Summer (Nurgiyantoro, 2005:227-235) berpendapat bahwa latar dalam suatu karya sastra menyangkut keterangan mengenai sosial budaya, tempat dan waktu di mana peristiwa itu terjadi. Unsur latar dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu: waktu, tempat, dan sosial. Kesatuan kejadian, tempat, dan waktu harus dibalut dengan penghematan dalam arti suatu pementasan sebuah naskah drama pastilah memiliki keterbatasan di dalamnya.

  • Latar Waktu

Latar waktu pada umumnya meliputi lama berlangsungnya cerita dan penyebutan waktu yang secara eksplisit tertulis atau implisit dalam cerita. Berbeda dengan latar tempat, pada naskah Malam Jahanam latar waktu tidak dilukiskan secara eksplisit mengenai kapan berlangsung peristiwa yang dialami oleh tokohtokoh. Secara implisit, latar waktu yang dilukiskan yaitu pada malam hari.

  • Latar Tempat 

Kejadian yang digambarkan pada naskah Malam Jahanam terjadi di pinggiran laut, di perkampungan nelayan, lebih tepatnya sekitaran rumah Mat Kontan dan Soleman.  Penggambaran latar tempat juga mempengaruhi tingkat pendidikan, strata sosial suatu tokoh, serta hal yang berkaitan dengan kehidupan para tokoh.

  • Latar Sosial

Dari deskripsi tentang latar cerita, didapat informasi yang lugas tentang karya sastra.dari segi geografisnya, latar tersebut memberikan gambaran baik secara emosional maupun dalam unsur psikis dari naskah Malam Jahanam. Jika dilihat dari sisi latar sosial, naskah ini mengadopsi kebiasaan masyarakat kaum buruh dalam kehidupannya. Pengarang dengan teliti menggambarkan kondisi sosial yang dialami oleh tokoh-tokoh yang berperan dalam kehidupan naskah ini

  • GAYA BAHASA

Unsur intrinsik seni teater selanjutnya adalah bahasa atau gaya bahasa. Bahasa merupakan kata-kata yang digunakan dalam percakapan cerita drama. Bahasa juga bisa menggambarkan watak tokoh, latar, ataupun peristiwa yang sedang terjadi. Untuk membuat dialog drama harus memerhatikan bahasa estetis yaitu bahasa yang indah. Pada naskah drama ini di dalamnya cenderung menggunakan gaya bahasa yang berupa sindiran kasar seperti dalam dialog Mat Kontan kepada Soleman

  • "Otakmu dimana sekarang. Dimana hah?"
  • "Hai lelaki pengecut! Bukankah kau bilang, berjanji akan melindungi saya ha? Kau diam saja sekarang kayak tunggul!"

dan pada dialog antara Paijah, Soleman dan Mat Kontandan sebagainya.

  • KONFLIK

Konflik adalah pertentangan atau masalah yang terjadi pada suatu drama. Adanya konflik menjadi inti permasalahan yang ada dalam drama. Dalam sebuah drama bisa terjadi 1 konflik atau bahkan lebih. Konflik merupakan unsur intrinsik seni teater yang membuat penonton tertarik saat menikmati sajian karya seni teater.

Di sebuah perkampungan nelayan, tinggallah Mat Kontan beserta istri (Paijah) dan anaknya (Mat Kontan Kecil). Soleman, teman dekat Mat Kontan, tinggal di seberang rumah mereka. Suatu malam, Paijah menunggu suaminya yang belum juga pulang. Ia mengkhawatirkan anaknya yang sedang sakit. Akhirnya, Mat Kontan pulang membawa seekor burung. Saat mengobrol dengan Soleman di teras rumahnya, dia menyombongkan burung perkututnya yang baru, juga istri dan anaknya. Soleman yang tidak tahan mendengarnya mengungkit-ungkit ketakutan Mat Kontan ketika nyawanya hampir melayang karena terperosok ke dalam pasir. Mat Kontan yang ketakutan rahasianya dibongkar langsung berbaik-baik pada Soleman.

Tak lama kemudian, Mat Kontan mulai menyombongkan diri lagi. Dia juga menuduh Soleman iri karena dia mempunyai istri yang cantik dan seorang anak. Soleman bahkan dianggap takut menyentuh perempuan karena sampai sekarang belum juga beristri.

Mat Kontan masuk untuk melihat burung beo kesayangannya tapi tidak menemukannya. Utai, seorang warga kampung itu yang setengah pandir, mengaku pernah melihat bangkai burung tersebut di dekat sumur dengan leher tergorok. Mat Kontan yang jadi marah besar mengajak Utai menemaninya ke tukang nujum untuk mengetahui siapa pembunuhnya.

Paijah yang ketakutan bertanya pada Soleman apa yang sebaiknya ia katakan bila ditanya oleh Mat Kontan nanti. Ternyata, Solemanlah yang membunuh burung beo kesayangan Mat Kontan agar perselingkuhannya dengan Paijah tidak ketahuan. Soleman berjanji akan melindungi Paijah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun