Mohon tunggu...
Redanti Valida
Redanti Valida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Reader

Stay positive

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jurnal Kajian Seni Pertunjukkan "Malam Jahanam" Teater Ruang Sativa 2021

29 April 2021   15:35 Diperbarui: 29 April 2021   15:40 6488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam drama juga terdapat alur cerita. Yang dimaksud alur dalam drama adalah jalan cerita dari sebuah pertunjukkan drama mulai babak pertama hingga babak terakhir. Alur disebut juga dengan istilah plot. Umumnya alur cerita dimulai dari tahapan eksposisi, komplikasi, klimaks dan resolusi. Berbicara tentang struktur, setiap karya sastra apapun genrenya pastilah mempunyai struktur dan dapat dikatakan mempunyai struktur yang sama.

Alur Malam Jahanam adalah alur maju atau linear, yaitu peristiwa yang dialami oleh tokoh cerita tersusun menurut urutan waktu terjadinya secara berurutan. Alur ini berlangsung secara kontinyu dan memuncak. Selain itu variasi alurnya tidak terlalu rumit bahkan dapat dikatakan sederhana. Walaupun begitu, dari alur yang sederhana itu Motinggo Busye mampu menghadirkan suatu dunia yang cukup hidup. Pengarang juga mampu menghadirkan konflik yang menarik dan sangat jitu dalam menghadirkan realisme kehidupan kampung nelayan yang dipilihnya untuk menjadi latar dari cerita tersebut. Beberapa konflik "naik turun" juga diterapkan Motinggo Busye dalam naskahnya ini. Ketegangan yang dimunculkan pada tokoh Mat Kontan, Soleman dan Paijah beberapa kali menunjukan perubahan tekanan permainan.

Ketika Mat Kontan menjumpai bahwa burung beo kesayangannya mati, dia menampakan kemarahannya yang menjadikan ketegangan dramatik (dramatic tension) mulai menanjak. Selain itu pada adegan ini juga ditambah dengan kegelisahan pula pada tokoh Paijah dan Soleman yang turut andil dalam pembunuhan burung beo milik Mat Kontan. Konflik yang sudah mulai naik terlihat turun kembali. Akan tetapi dari konflik yang sedikit menurun itulah pengarang justru mampu menghadirkan konflik yang lebih menarik. Mat Kontan semakin mendesak Paijah untuk mengatakan siapa pelakunya. Akhirnya Soleman mengakui bahwa dialah yang membunuh burung beo tersebut. Setelah itu muncul pula persoalan-persoalan yang lain terutama masalah anak. Bagian akhir dari cerita ini juga memunculkan banyak kejutan. Alur cerita yang dihadirkan tidak mudah ditebak. Atau dapat dikatakan tingkat surprise yang terdapat dalam naskah drama Malam Jahanam ini cukup tinggi

  • TOKOH DAN PENOKOHAN

Salah satu unsur intrinsik seni teater lainnya adalah tokoh dan penokohan. Yang dimaksud dengan tokoh merupakan pemeran yang ada dalam cerita. Tokoh dibedakan menjadi beberapa jenis misalnya seperti tokoh protagonis atau tokoh utama serta tokoh figuran yang menjadi peran pembantu. Terdapat pula unsur penokohan atau perwatakan. Unsur ini dapat dilakukan dengan menyebutkan langsung di dalam cerita (analitik) maupun tidak langsung (dramatik). Penokohan adalah perwatakan yang berkaitan dengan watak atau kepribadian tokoh dalam drama. Penokohan ini berkaitan erat dengan usia, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan kondisi kejiwaan.

Tokoh dalam naskah drama yang berjudul Malam Jahana adalah Mat Kontan, seorang pria dewasa yang telah memiliki seorang istri dan juga seorang anak. Mat Kontan seorang yang sombong, angkuh, penakut, egois, emosional, dan sok tahu. Paijah, seorang wanita yang telah bersuami dan memiliki seorang anak yang masih bayi.

Paijah seorang wanita yang berwatak pencemas dan tidak setia. Soleman, seorang pria yang tinggal diseberang rumah Mat Kontan dan Paijah dan juga merupakan sahabat dari Mat Kontan. Soleman berwatak pengecut, besar mulut, dan pembual. Utai, seorang pria yang sangat bergantung terhadap Mat Kontan, untuk merokok saja harus meminta dari Mat Kontan. Utai berwatak setia dan selalu mengharap pemberian dari Mat Kontan.

  • Mat Kontan

Mat Kontan adalah seorang pria yang telah memiliki seorang istri dan seorang anak yang masih bayi. Selain itu, Mat Kontan juga seorang yang sombong, penakut, egois, emosional, dan sok tahu. Mat Kontan juga termasuk orang yang lari dari kenyataan. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut

  • Mat Kontan : Pasti! Pasti kau iri pada saya. Kau iri karena saya punya bini yang cantik. Seorang anak lagi yang bakal cinta pada perkutut bapaknya. Kau juga iri barangkali, sebab kalau kita main taruhan empat satu kau selalu saja kalah
  • Paijah

Paijah adalah seorang wanita yang telah memiliki suami dan seorang anak yang masih bayi. Paijah seorang wanita yang berwatak pencemas dan tidak setia. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan dibawah ini

  • Paijah : (Dengan nada mengambang) sudah malam belum pulang.
  • Paijah : Dari pagi belum pulang.
  • Paijah : Jadi apa kataku bila ia menanyai saya?
  • Paijah : Sebentar lagi tentu mereka datang. Man, saya takut Man!
  • Soleman

Soleman adalah seorang pria yang belum menikah. Dia tinggal didepan rumah Mat Kontan dan Paijah. Soleman juga sahabat dari Mat Kontan. Soleman seorang pria yang berwatak pengecut, besar mulut, dan pembual. Kutipan yang dapat membuktikan pernyataan tersebut dapat dilihat di bawah ini:

  • Soleman : "Kalau kau disentuh saja, akan saya sentuh pula dia. Kalau kau dilukainya, akan saya lukai dia! Dan kalau kau dibunuhnya, akan saya bunuh dia."
  • Utai

Utai adalah seorang pria yang sangat bergantung terhadap Mat Kontan, untuk merokok saja dia sangat mengharap pemberian dari Mat Kontan. Utai seorang pria yang berwatak setia, jujur dan selalu mengharap pemberian dari Mat Kontan. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui kutipan berikut ini :

  • Utai : He eh! Dari pagi saya belum merokok sebab dia (Mat Kontan) nggak ada. Kemana sih dia?
  • Utai : Kalau begitu kita pergi berdua saja.
  • Utai : Sabar mang. Sungguh, saya berani taruhan, nggak bakal ketemu.
  • Tukang Pijat

Tukang Pijat ini adalah seorang wanita yang sudah tua dan juga seorang tuna netra (buta). Tukang Pijat ini sering melintas di kampung Soleman dan Mat Kontan sambil menyeret kaleng bekas susu. Tukang Pijat ini berwatak selalu ingin tahu permasalahan orang lain dan ramah. Hal ini diperkuat melalui kutipan berikut :

  • Tukang Pijat : He, kau Leman? Enggak lihat pertunjukan ubruk? (menunjuk).
  • Tukang Pijat : Tan, kau dicari-cari orang, Tan. Si Utai mati kau tahu?
  • Tukang Pijat : Kabarnya Soleman berkelahi dengan kamu tadi ya? Soal apa
  • LATAR

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun