Vill : Bukan araknya. Botolnya! Aku bisa jual botolnya di desa sebelah.
Moon : Oh? Benarkah?
Vill : Iya. Lumayan harganya. Aku kemarin bisa membeli pedang dari hasil menjual botol.
Moon : Pedang?!
Vill : Iya. Benda tajam panjang itu. Yang dari besi.
Moon : Idiot! Maksudku, kau bisa menukar botol dengan pedang?!
Vill : ‘Ditukar’? Itukah istilahnya? Kukira namanya ‘jual beli’. Tapi, mmm … yeah. Hebat, bukan?
Moon : Pedang kan mahal, mana bisa ditukar dengan botol?
Vill : Buktinya bisa.
Moon : Pedagang bodoh dan tolol mana yang mau menukar pedangnya dengan botol?
Vill : Memang aneh dia. Bukan pedagang biasa. Tapi baik.
Moon : Pasti pedangmu pedang murahan.
Vill : Yang penting masih bisa dipakai menyembelih ayam. Hehe. Sudah kucoba kemarin.
Moon : Jangan dekat-dekat ayamku! Kuperingatkan!
Vill : Kemarin itu bukan ayammu, tenang saja.
Moon : Bagus!
Vill : Jadi begini, botolku dua gerobak. Satu kutukar dengan—
Moon : Dua gerobak?! Dari mana kau …?!
Vill : Haha. Operasi pengumpulan botolku sudah berlangsung tiga bulan.
Moon : Tiga bulan?!
Vill : Yeah.
Moon : Ah, tentu saja! Tepat dengan saat kedatanganmu di desa ini. Jadi rupanya kau pencuri kurang ajar itu!