Sehingga, tahun lalu neraca perdagangan menjadi minus dan neraca transaksi berjalan (CAD) mengalami defisit yang terbesar dalam dua dekade terakhir.Â
Transformasi struktur ekonomi
Supaya bisa keluar dari middle-income trap (jebakan negara berpendapatan menengah) menjadi negara maju, sejahtera, dan berdaulat; maka ke depan rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Indonesia harus diatas 7 persen per tahun. Selain itu, sifat pertumbuhannya harus berkualitas dan inklusif. Â
Artinya, banyak menyerap tenaga kerja, tersebar secara proporsional ke seluruh wilayah Nusantara (jangan terkonsentrasi di P. Jawa), dan mensejahterakan seluruh rakyat secara berkeadilan. Juga, mesti ramah lingkungan dan berkelanjutan (sustainable).
Untuk itu, dalam jangka pendek -- menengah (2020 -- 2025), kita mesti merevitalisasi seluruh sektor ekonomi dan unit usaha (bisnis) yang ada saat ini agar lebih produktif, efisien, berdaya saing, inklusif, dan berkelanjutan.Â
Contohnya, industri TPT, elektronik, otomotif, makanan dan minuman, agroindustri (CPO, kakao, kopi, teh, rempah, nenas, dan pisang), farmasi, industri petrokimia, kelautan dan perikanan, pariwisata, ekonomi kreatif, galangan kapal, dan industri maritim lainnya.Â
Caranya, pertama adalah bahwa semua unit bisnis harus memenuhi skala ekonominya. Kedua, semua unit bisnis menerapkan sistem manajemen rantai pasok terpadu, dari hulu -- processing and packaging sampai marketing. Ketiga, menggunakan teknologi mutakhir yang tepat pada setiap mata rantai pasok. Â
Khususnya, teknologi-teknologi di era Industri 4.0 termasuk AIÂ (Artificial Inteliggent), IoT (Internet of Things), big data, cloud computing, block chain, robotic, bioteknologi, dan nanoteknologi.Â
Keempat, menerapkan prinsip-prinsip pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, seperti RTRW, optimal and sustainable production, pengendalian pencemaran (zero-wate processes, Reduce, Reuse, dan Recycle), rendah karbon, dan konservasi keanekaragaman hayati.
Kini saatnya kita mengakselerasi pengembangan industri pengolahan dan pengemasan SDA yang meliputi gas (LNG), batubara kalori rendah, mineral, komoditas perkebunan, tanaman pangan, hortikultur, peternakan, perikanan, kehutanan, dan senaya bioaktif (bioactive compounds) menjadi berbagai jenis produk hilir (final products) yang menghasilkan nilai tambah dan daya saing lebih tinggi. Â
Pengembangan industri manufakturing (hilirisasi) SDA dipastikan akan membangkitkan beragam jenis aktivitas ekonomi dan bisnis (multiplier effects), mulai dari kegiatan eksplorasi SDA, transportasi dan distribusi, pemasaran, hotel dan kuliner, pariwisata, sampai jasa keuangan dan konsultan. Â