Selanjutnya cuma menggelengkan kepala saja, kecuali membeli satu botol air mineral yang memang diperlukannya. Â Surabaya sedang gerah sekali, padahal sedang musim penghujan. Â
Setengah jam menunggu giliran berangkat, memejamkan mata karena bosan, sampai dia merada pundaknua dicolek dari samping. Â Malas membuka mata, hanyar berucap "Ndak, mas. Â Terimakasih.."
"Uhm, mas. Â Boleh tukeran tempat duduk ga?"
'Kok, suara mas-mas yang jualan jadi merdu?'. Gumamnya. Â
Alih-alih mas-mas penjual dagangan, matanya malah menemukan menatap senyum seorang gadis berambut pendek sebahu, berkacamata, jaket jins, memandangnya dengan tatapan memohon.
"Oh, iya." Singkat saja dijawabnya. Â Sembari berdiri memberi jalan dan beranjak ke lorong bis.
Baru saja kakinya ke bagian tengah bis, masuk dua orang laki-laki separuh baya, dari pintu tengah, sembari berucap setengah berteriak "Penumpang mohon turun, ganti bis"
Penumpang yang sudah terlanjur duduk dan menunggu bisa berangkat cuma bisa bersungut-sungut, sambil berdiri menuju pintu.
"Hati-hati barangnya diperhatikan.." Â Tambahan kalimat itu didengarnya lamat-lamat. Â Gadis yang tadi minta bertukar tempat duduk dilihatnya terlihat sedang bingung, setengah panik tepatnya, mukanya pias.
"Ada apa, mbak?" Tanyanya pelan-pelan.
"Tas aku.." Â Matanya masih saja menatap ke bagasi di atas tempat duduk, tapi sepertinya apa yang dicarinya tidak ketemu juga.
"Sebentar, mbak.." Â
Setelah turun dari bisa dan pindah ke bis di belakangnya, Rassta berusaha menanyakan perihal tas yang hilang, tapi sepertinya nihil. Â Tak ada jalan keluar ataupun penjelasan dari supir bis, malah katanya itu hal yang biasa. Â "Makanya hati-hati, bawaannya dijaga!" Â Begitu akhirnya.