Minggu depannya, aku dan teman-temanku pergi ke kolam renang. Di sana kami belajar gaya renang yang baik dan pernafasan saat berenang. Aku pun mencoba beberapa gerakan dasar berenang dari ujung kolam ke ujung kolam lainnya. Tetapi, saat aku mengibaskan tanganku di tengah kolam. Tiba-tiba kakiku keram dan tidak bisa bergerak. Hal ini merupakan hal baru yang pernah kualami karena sebelumnya, aku belum pernah merasakan keram saat berenang.
Aku mencoba menenangkan diri tetapi aku tidak bisa mengontrol kepanikanku dan aku pun terus tenggelam. Petugas kolam renang yang sedang mengawasi. Terjun ke kolam untuk menyelamatkanku. Sontak seisi kolam renang terkejut melihat kejadian ini. Untungnya aku dapat terselamatkan oleh pahlawan yang ada di sana.
Karena kejadian itu, aku menjadi takut untuk kembali berenang. Namun perkataan Arsy , seolah-olah dapat menghipnotisku untuk berani "Segini aja udah takut, apalagi nanti saat pendidikan." Perkataan itu mengubah pola pikirku agar tidak terus terdiam dalam ketakutan. Aku harus terus mencoba dan memerangi rasa takut itu.
Sebulan kemudian sejak aku melatih diri. Rasanya masih banyak yang kurang dalam persiapanku ini. Rasanya, aku sangat haus akan persiapan untuk masuk polisi. Terbayang di dalam benakku, kedua orangtuaku bahagia mendengar kabar aku diterima menjadi siswa polisi, lalu kedua orangtuaku hadir di acara pelantikanku nanti. Sungguh, saat-saat itulah yang sedang kunantikan.
Kusadari, memang masuk polisi itu susah. Akan banyak sekali rintangan dan pengorbanan yang harus dilalui. Keringat, luka dan air mata, akan menjadi saksi perjuangan. Tetapi sesulit apapun rintangan yang akan datang, akan kuhadapi dengan penuh keyakinan dan usaha yang ekstra serta doa kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
Tingg, handphone ku berbunyi. Ternyata pesan dari grup whatsapp kelas yang berisi suatu kesempatan baik untukku. Pesan itu merupakan surat edaran program Binlat Polri tahun 2020 untuk siswa SMA dan sederajat. Pak Yudi selaku kesiswaan, melalui KM kelas mendata siapa saja yang akan mengikuti program tersebut.
Api semangatku mulai membara. Langsung ku tuliskan namaku di daftar peserta. Arsy dan Jonah pun mengikuti program tersebut. Kami bertiga menjadi tiga serangkai pejuang kedinasan. Selalu berlatih bersama dan bertukar informasi seputar kedinasan.
Satu hari sebelum seleksi Binlat Polri tahap 1. Aku, Arsy dan Jonah berlatih bersama. Saat itu temanku Darius ikut berlatih juga. Kami latihan lari 12 menit, Push up, Sit up, Shuttle run dan yang terberat adalah pull up. Saat mencoba Pull Up, terasa menegang otot-otot tanganku ini.
Terus berlatih memanglah melelahkan, tetapi pepatah berkata "Kalo belum lelah, ya belum sukses." Jadi, aku harus terus maju dan pantang mundur. Jangan ada kata menyerah. Ada orang tua yang harus bangga, dan ada masa depan yang harus cerah. Biarlah kerang ini merasakan sakit sebelum akhirnya menghasilkan mutiara.
Keesokan harinya, aku pamit kepada orang tuaku untuk pergi mengikuti seleksi binlat tahap 1.
"Bu, Pak, Arga pamit dulu ya, doain arga biar arga lolos sampe jadi anggota polri."
"Iya Nak, ibu sama bapak doain yang terbaik buat kamu ya." Doa ibu dan bapak untukku.
Tepat pukul 06.00 aku berangkat ke Polsek. Sebelumnya Pak Yudi dan Humas dari kepolisian mengintruksikan agar jam 07.00 tepat sudah berada di polsek. Oleh karena itu aku harus berangkat lebih pagi, agar aku tidak terlambat datang kesana. Di pinggir jalan aku menunggu angkot jurusan polsek. Keaadaan jalan saat itu, lumayan macet. Tanpa kusadari, waktu terus berjalan dan angkot yang akan ku tumpangi belum juga datang.