“Tapi apapun itu, gue bakalan rindu sama loe ni, sob.” kata Ari.
“Tenang aja, bro. Walaupun gue kuliah di Medan, gue, loe sama anak-anak tetap bisa kontak-kontakan kok.”
“Oh ya, Arya, Fandi, sama Jaka mana ya?” Ari dan Bagas mengedarkan pandangan mencari ketiga sahabatnya itu. Ternyata mereka sedang menggoda Siska, anggota cheerleader terseksi di SMA Kencana.
“Emang dasar tu anak bertiga.” Bagas geleng-geleng kepala. Dia melambaikan tangan. Fandi melihatnya. Dia pun mengajak Arya dan Jaka untuk menghampirinya.
“Kasian kali Siska kalian gangguin terus.” kata Bagas.
“Siapa yang gangguin? Tu liat Siska mukanya senyum-senyum aja.” Tapi yang terlihat ternyata berbeda. Ketika Siska memandang ke arah mereka, Siska memasang wajah jengkel.
“Apanya yang senyum-senyum?”
“Pura-pura aja dia tu.” sahut Jaka meyakinkan. Ari sama Bagas geleng-geleng kepala. Tapi itulah yang membuat persahabatan mereka menjadi lebih hidup, kelakuan Arya, Fandi dan Jaka melengkapi sifat Ari dan Bagas yang lebih kalem. Mereka pun saling bertukar tanda tangan atau tanda apapun di masing-masing seragam mereka.
“Oh ya, kalian ada liat Nanda nggak?“
“Nanda tadi gue liat ada di lapangan basket.” sahut Arya.
“Oke, gue ke sana dulu ya.”