“Minta maaf buat apa??” Rio berusaha untuk tenang. Giginya bergemeretak.
“Kami gak bermaksud…” belum selesai Hadi menambahkan, Rio langsung menyerobot,”Jangan banyak bacot loe, Di!” Doni dan Aga langsung mendekatkan tubuh mereka kepada Rio, berjaga-jaga takut Rio bertindak anarkis. Hadi terdiam, amarah Rio semakin meluap ke ubun-ubun. Tiba-tiba ada yang merangkul Rio dari samping, bukan Doni ataupun Aga melainkan Nazar yang entah sejak kapan datang. Rio jadi bingung termasuk yang lain.
“Ser, Di. Ini saatnya.” kata-kata Nazar tersebut semakin membuat bingung terutama bagi Rio yang berada di dalam rangkulannya. Rio lalu memandang ke arah Sera dan Hadi. Sera menatap Rio,“Maafkan kami Yo, karena kami…”
“Mengerjaimu!” kata Sera dan Hadi bersamaan. Sera, Hadi, dan Nazar kontan tertawa. Rio terdiam, dia bingung dengan yang barusan terjadi termasuk Doni dan Aga.
“Yo, Yo…Loe gak papa kan.” kata Sera sambil memegang lembut bahu Rio.
“Jadi kalian gak pacaran? Gue dikerjain?”
“Iya, Yo. Semuanya.hanya rekayasa.” kata-kata Nazar yang dekat di telinganya itu cukup membuatnya terkaget.
“Kok loe juga tahu, Zar?”
“Kan ini kerjaan kami bertiga. Hanya kami bertiga yang tahu.” Nazar melebarkan senyumnya. Hadi dan Sera juga tersenyum.
“Loe segitunya ya Yo sayang sama gue. Sampai segitu marahnya…” kata-kata Sera tersebut langsung membuat Rio salah tingkah, “Eh…eh…”
“Hehehe. Makasih ya, Yo. Lain kali jangan marah gitu lagi ya. Gue takut.” Sera membelai pipi Rio, wajah Rio sontak memerah.