Mohon tunggu...
Raymond Liauw
Raymond Liauw Mohon Tunggu... -

Anak rantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jeritan Malam Desa Mawar

12 Desember 2014   15:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:28 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Bergegas si nenek memasak air dan mengambil kopi bubuk untuk ketiga tamu asingnya ini.

Kalian bertiga bisa istirahat di kamar, nak” ujar nek Ijah

tidak apa apa, nek, biar kami yang tidur di ruang tamu, nek” jawab Kardi

Jangan, nak. Tidak usah malu malu, nenek sudah bersihkan ranjangnya untuk kalian” jawab si nenek berusia sekitar 70 tahun ini.


Kardi dan Mulya kemudian merebahkan tubuh Ferdi di atas ranjang kayu. Tubuh Ferdi sangat lemah dan tidak memiliki tenaga sama sekali. Suhu badannya juga sangat panas.


Nek Ijah baru saja selesai memasak ramuan penurun panas untuk diberikan kepada Ferdi. Suara pintu diketuk dan saat pintu dibuka tampak beberapa warga desa membawa nampan bambu yang di atasnya tersedia beberapa jenis makanan. Tanpa bicara sepatah katapun nek Ijah meraihnya kemudian menyuguhkannya kepada ketiga tamu asingnya itu. Di meja kini terhidang singkong rebus, ubi rebus, sesisir pisang mas, juga bubuk kopi dan seteko air panas.


Semua penduduk desa ini baik baik walaupun mereka terlihat malu untuk berbicara dengan pendatang asing, tetapi hati mereka sungguh baik, nak” kata nek Ijah sambil menyodorkan secangkir minuman kepada Kardi. “Ramuan ini sangat baik untuk menurunkan panas. Mudah mudahan temanmu sudah sembuh besok pagi”.


Wah...... kami sungguh berterima kasih atas kebaikan nenek dan mohon maaf kami sudah merepotkan nenek dan penduduk desa sini” ujar Kardi yang kemudian masuk ke kamar untuk memberikan minuman yang diramu nek Ijah kepada Ferdi.


Udara semakin dingin ditambah kabut yang kian menebal. Kala itu sekitar jam 1 malam, nek Ijah sudah tertelap tidur di ruang tamu. Suasana desa sangat sepi, hanya suara jangkrik dan dengkur Ferdi yang terdengar. Kardi dan Mulya masih belum dapat memejamkan mata.

Tiba tiba, gubraaakkkk...... seseorang mendobrak pintu dusun dan berdiri seorang pria bertelanjang dada, berkulit sawo matang dengan golok berkilau di tangan. Diiringi beberapa pria kekar lainnya yang turut masuk ke ruangan tamu.


Mana anak anak muda itu?” bentak pria kekar yang berdada penuh bulu. “Malam ini juga mereka harus mati” tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun