Mohon tunggu...
Raymond Liauw
Raymond Liauw Mohon Tunggu... -

Anak rantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jeritan Malam Desa Mawar

12 Desember 2014   15:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:28 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Seketika itu juga nek Ijah terbangun dan berusaha melakukan perlawanan namun hanya satu kali tampar tubuh rentanya ambruk ke lantai.

Dari celah selembar kain pemisah ruang kamar dengan ruang tamu, Kardi dan Mulya melihat wajah wajah bringas memandangi nek Ijah sambil berteriak dan membentak bentaknya.


Ferdi yang sedang tertidur lelap tersentak bangun. Mereka bertiga pun serempak bersembunyi di kolong ranjang kayu yang gelap pekat. Kebenaran lampu patromak di dalam kamar juga kehabisan minyak sehingga membuat seluruh ruang kamar gelap gulita.

Seorang pengacau menyingkapkan kain penutup kamar namun karena keadaan kamar gelap, diapun berpikir tidak ada orang di dalam kamar.


Kemudian para lelaki kekar itu menjambak rambut nek Ijah dan menyeretnya keluar dusun.

Nek Ijah menangis dan terus berteriak teriak “jangan keluar dari dusun.....jangan keluar dari dusun.....jangan keluar dari dusun.....”. Semua warga desa dewasa keluar rumah sambil menggenggam parang dan segala senjata tajam siap untuk bertarung.


Kira kira ada sekitar 30 orang pengacau yang kesemuanya bertubuh kekar berwajah ganas. Melalui lubang bilik dusun Kardi, Mulya dan Ferdi menyaksikan bagaimana warga desa gigih berkelahi dengan para pengacau tersebut.


Jerit tangis para wanita, anak anak dan bayi sangat memilukan terdengar jelas dari dalam dusun. Kejadian itu berlangsung kurang lebih satu jam. Lalu seketika desa kembali sepi. Tiada lagi jerit tangis, tiada lagi benturan senjata tajam, tiada suara mengerang dan tiada lagi teriakan nek Ijah.


Ketiga sahabat ini melihat tubuh nek Ijah sudah terkapar berlumur darah di tanah. Seumur hidup mereka, baru kali ini merasa benar benar takut. Wajah merekapun pucat pasi seperti tanpa darah mengalir.

Hingga suara azan subuh terdengar, mereka bertiga belum beranjak dari dalam kamar dengan tubuh masih gemetar dan jantung keras berdegup.


Malam itu sesuatu yang sangat mengerikan telah terjadi di Desa Mawar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun