Nama Kelompok :Â
Rayhan Faadhil Afzaal
Barqi Abdillah
Naufal Rasyid
Rayval Isman
Yasser Iskandar
Kelas : 12 IPS 2
Unsur Intrinsik Novel Laut Bercerita
Tema
Tema Mayor pada Novel Laut Bercerita adalah tentang perjuangan para aktivis di era Orde Baru melawan ketidakadilan pemerintah terhadap rakyat. Tema Minornya adalah kekejaman yang dirasakan oleh tokoh bernama Laut bersama teman-temannya di masa orde baru dan tentang perjuangan, keluarga, kesedihan. Novel ini mengikuti perjuangan para aktivis, kekerasan dan kebrutalan yang mereka alami saat mereka mencoba melawan pemerintah melawan ketidakadilan rezim yang keji, ketidakpastian yang dialami keluarga korban saat mereka mencari keluarga mereka, dan sekelompok Penyiksaan dan pengkhianatan dan orang yang marah karena cinta yang tidak pernah pudar.
Alur
Alur pada Novel Laut Bercerita adalah Alur Campuran ( Alur Maju dan Alur Mundur ). Dipertengahan cerita pembaca akan mendapati alur mundur. Pada bagian ini pembaca diajak mengetahui perjuangan para aktivis dalam mengubah negeri ini dan siksaan-siksaan yang
didapatnya. Sedangkan di bagian akhir pembaca akan mendapati alur maju. Pada bagian ini mengisahkan perjuangan Asmara Jati dalam mencari jejak Biru Laut dan para aktivis lain yang dihilangkan secara paksa.
Ini adalah salah satu contoh Alur Mundur. Tentang pengakuan Alex terhadap media, orangtua Laut dan Asmara Jati tentang apa yang terjadi. Cerita kemudian dilanjutkan pada tahun 2007 ketika para keluarga dan sahabat berorasi menuntut HAM di hadapan Istana Negara setelah presiden Soeharto dilengserkan. Berikut ini kutipannya :Â
" Selama ini aku tak mampu membicarakan pesan Laut padamu karena hal itu mengingatkan hari-hari kami disekap di bawah tanah. Maafkan cukup lama ini semua kusimpan." Alex menarik kursinya ke hadapan kursiku. Dia memegang tanganku dan menghela nafas.
" Aku sudah menceritakan kepada keluargamu ketika kami disekap di kerangkeng bawah tanah. Ada dua hal yang belum kuceritakan, karena terlalu mengganggu tidurku....Daniel dan aku hampir tak pernah membicarakan masa-masa kelam itu bukan karena kami takut, tetapi karena terlalu menusuk. Sudah empat tahun kami menyimpan sendiri kisah keji ini...aku rasa sudah waktunya aku berbagi denganmu."
Latar
Latar pada Novel Laut Bercerita ini ada Latar Waktu, Latar Tempat dan Latar Suasana.
Ini contoh kutipan Latar Waktu pada Novel Laut Bercerita :Â
" Yang aku ingat, beberapa jam lalu, atau mungkin kemarin ketika mereka meringkusku adalah tanggal 13 Maret 1998, persis bertepatan dengan ulang tahun Asmara." ( Novel Laut Bercerita halaman 51 )
" Meski ini semua terjadi setahun lalu, aku merasa baru Bram menepuk bahuku dan menyatakan dia sangat ingin bertemu lagi denganku walau tak harus di kampus." ( Novel Laut Bercerita halaman 35 )
" Aku mengenal Kisah Kinanti setahun lalu di kios Mas Yunus, langganan kami berbuat dosa." ( Novel Laut Bercerita halaman 17 )
" Keesokan harinya, sesuai kuliah Sejarah Sastra Inggris yang hampir selalu minim mahasiswa, kami bertemu lagi di warung Bu Retno di pinggir selokan Mataram." Novel Laut Bercerita halaman 20 )
" Karena ayahnya dulu adalah PKI yang dieksekusi pada tahun 1965." ( Novel Laut Bercerita halaman 34 )
" Sudah pukul 10 malam." ( Novel Laut bercerita halaman 136 )
Latar tempat yang ditampilkan dalam novel Laut Bercerita adalah beberapa daerah di Jawa Tengah yaitu Solo dan Yogyakarta, Jawa Timur yaitu Desa Belangguan dan Terminal Bungurasih, Jakarta, dan New York sesuai dengan lokasi keberadaan tokoh dikisahkan di dalam cerita. Ini contoh kutipan Latar Tempat pada Novel Laut Bercerita :Â
" Malam itu terasa semakin malam. Tiba-tiba saja aku rasakan semuanya isi Jakarta tak bergerak. Aku ingat betul begitu tiba di rumah susun, aku merasa agak gerah, maka kuputuskan untuk langsung mandi. Begitu keluar dari kamar mandi, aku baru menyadari bahwa lampu padam, ini memang bukan sesuatu yang ganjil di rumah susun yang sering mengalami pemadaman listrik." ( Novel Laut Bercerita halaman 51)
" Apakah kami masih di wilayah Jakarta." ( Novel Laut Bercerita halaman 3 )
" Mereka telah membawaku ke tepi pantai, ke tepi kematian." ( Novel Laut Bercerita halaman 4 )
" Entah mengapa aku melihat mereka semua di Rumah Hantu, Seyegan, di pojok Yogyakarta." ( Novel Laut Bercerita halaman 6 )
" Aku memutuskan menjawab dengan jujur bahwa aku ingin bertemu dan bertukar pikiran dengan anak muda Indonesia yang memilih berkumpul di UGM dan mengutarakan ide-ide besar." ( Novel Laut Bercerita halaman 23 )
Ini contoh kutipan Latar Suasana pada Novel Laut Bercerita :Â
"Tiba-tiba saja aku teringat Sunu. Mungkin orang-orang ini adalah kelompok yang sama yang telah menculik sahabatku itu. Gedoran pada pintu semakin keras dan terdengar mereka berhasil menggebrak. Aku tak bisa lagi berlari atau melompat keluar jendela. Empat orang langsung masuk dan segera merangsek ke kamar dan mengepungku." ( Novel Laut Bercerita halaman 52 ) Latar Suasana pada kutipan ini adalah gaduh, karena gedoran pada pintu semakin keras dan terdengar mereka berhasil mendobrak.
" Ibu jangan khawatir, kami berdiskusi dengan aman... ." ( Novel Laut Bercerita halaman 75 ) Latar suasana pada kutipan itu adalah khawatir. Pada bagian itu, Ibu dari Biru Laut merasa was-was dengan kegiatan diskusi yang anaknya lakukan, sebab ia takut jika Biru Laut dicurigai oleh pemerintah dan akhirnya ditangkap seperti aktivis lainnya.
" Ya seperti biasa, tersenyum-senyum pahit. Padahal kami bertiga tegang dan siap menghadapi risiko apa pun. Tapi dia kan memang sering begitu, cengar-cengir seolah tak bersalah dan tak ada beban. Anti klimaks." ( Novel Laut Bercerita halaman 73 ) Pada bagian ini Ayah Biru Laut yang sedang kumpul-kumpul dengan pemimpin media berani menyuarakan sesuatu terkait hukum yang berlaku kala itu, ia menyuarakan sesuatu yang ada di benaknya di depan menteri penerangan kala itu.
" Mereka, rombongan ikan itu menciumku, mungkin merasa belas kasih kepada mayat yang begitu sia-sia." ( Novel Laut Bercerita halaman 6 ) Latar suasana pada kutipan ini adalah sedih.
" Hening. Begitu sunyi. Begitu sepi." ( Novel Laut Bercerita halaman 6 ) Latar suasana pada kutipan itu adalah hening, sunyi dan sepi.
" Setelah lebih dari sejam kami berada di atas mobil dengan mata yang masih ditutup dan tangan terikat, akhirnya si Manusia Pohon menarikku keluar mobil dan bersama yang lain menggiringku ke sebuah tempat, udara terbuka." ( Novel Laut Bercerita halaman 3 ) Latar suasana pada kutipan ini adalah menegangkan.
" Mataku dibebat. Tanganku diborgol." ( Novel Laut Bercerita halaman 2 ) Latar suasana pada kutipan ini adalah mencekam.
Tokoh dan Penokohan
Tokoh pada Novel Laut Bercerita adalah :Â
Biru Laut ( Energik/Bersemangat, Teguh, Pendiam, Pemalu, Tenang, Pembangun, Penyayang, Ambisi ) ini salah satu kutipan bahwa Laut Biru berkarakter Ambisi : "Aku ingat pembicaraanku dengan Sang Penyair. Dia berkata bahwa dia tak takut pada gelap. Karena dalam hidup, ada terang dan ada gelap. Ada perempuan dan ada lelaki."Gelap adalah bagian dari alam," kata Sang Penyair. Tetapi jangan sampai kita mencapai titik kelam, karena kelam adalah tanda kita sudah menyerah. Kelam adalah sebuah kepahitan, satu titik ketika kita merasa hidup tak bisa dipertahankan lagi. Aku tak tahu apakah saat ini aku sedang mengalami. Atau kekelaman." ( Novel Laut Bercerita halaman 2 )
Asmara Jati ( Penyayang, Kritis, Realistis, Cerewet )
ini salah satu kutipan bahwa Asmara Jati adalah orang yang cerewet : " Kinan terus- menerus menanyakan tentang Asmara Jati yang kukatakan adalah adik yang tingkah lakunya lebih seperti kakak karena dia lebih bawel dan lebih suka mengatur " ( Novel Laut Bercerita halaman 21 )
Si Mata Merah ( Bengis, Angkuh )
ini salah satu kutipan bahwa Si Mata Merah adalah orang yang bengis : " Kau akan mati. Demikian kata si Mata Merah dengan semburan bau rokok. Tapi kau akan mati pelan-pelan. Mereka semua tertawa keras." ( Novel Laut Bercerita halaman 4-5 )
Manusia Pohon ( Kejam )
ini salah satu kutipan bahwa Manusia Pohon adalah orang yang kejam : " Setelah lebih dari sejam kami berada di atas mobil dengan mata yang masih ditutup dan tangan terikat, akhirnya si Manusia Pohon menarikku keluar mobil dan bersama yang lain menggiringku ke sebuah tempat, udara terbuka." ( Novel Laut Bercerita halaman 3 )
Si Raksasa ( Kejam )
ini salah satu kutipan bahwa Si Raksasa adalah orang yang kejam : " Aku tak tahu apa yang terjadi setelah badanku habis diinjak-injak si Manusia Pohon dan Manusia Raksasa. Mungkin aku akan mati, karena kali ini aku melihat Sang Maut berdiri di hadapanku, hitam dan tinggi serta bersinar-sinar." ( Novel Laut Bercerita halaman 99)
Alex ( Sopan dan Berwibawa )
ini salah satu kutipan bahwa Alex adalah orang yang sopan : " Ditambah tutur katanya yang santun, rambut ikal keriting, alis tebal, dan raut wajah yang agak berbau portugis itu, tak heran jika mahasiswi kos sebelah sering betul berdatangan ke Pelem Kecut untuk sekadar berbincang dengannya." ( Novel Laut Bercerita halaman 41 )
Julius ( Usil )
ini salah satu kutipan bahwa Julius adalah orang yang usil : " Laut, kembalikan tangan Anjani ke pemiliknya.' dengan sopa Julius mencoba membebaskan tangan Anjani dari genggamanku." ( Novel Laut Bercerita halaman 37 )
Kasih Kinanti ( Optimis )
ini salah satu kutipan bahwa Kasih Kinanti adalah orang yang optimis : " Indonesia tak memerlukan AS, Laut. Cukup kelas menengah yang melek politik dan aktivis yang tak lelah menuntut. Untuk itu, kita harus melihat kekompakan perlawanan mahasiswa pada peristiwa Kwangju," demikian jawab Kinan dengan penuh semangat." ( Novel Laut Bercerita halaman 113 )
Naratama ( Arogan )
ini salah satu kutipan bahwa Naratama adalah orang yang arogan : " Itu suara Naratama yang berlagak seperti seorang kakak senior. Dia masuk dan menjenguk kompor dan lemari es kecil butut sumbangan Gusti yang keluarganya lumayan berduit." ( Novel Laut Bercerita halaman 43 )
Gusti ( Pendiam )
ini salah satu kutipan bahwa Gusti adalah orang yang pendiam : " Lebih menyukai karyanya maka Gusti yang pendiam itu mengirim rasa misteri, berjarak dan dingin terhadap subjek yang direkamnya." ( Novel Laut Bercerita halaman 12 )
Daniel ( Ribet )
ini salah satu kutipan bahwa Daniel adalah orang yang ribet : " Tentu saja itu bukan keputusan yang bijak karena Daniel seperti biasa akan menganggap segala di dunia ini perlu diperdebatkan." ( Novel Laut Bercerita halaman 11 )
Kinanti ( Optimis )
ini salah satu kutipan bahwa Kinanti memiliki sifat optimis : " Pemberontakan Kwangju tahun 1980 adalah studi kasus pemberontakan di Korea SElatan yang gagal dalam melahirkan demokrasi, sedangkan People's Power EDSA berhasil menumbangkan Presiden Marcos yang kemudian menjadi sumber 'kecemburuan' karena kami berangan-angan agar kekuatan semacam ini bisa berbentuk di Indonesia." ( Novel Laut Bercerita halaman 113 )
Anjani ( Sigap )
ini salah satu kutipan bahwa Anjani adalah orang yang sigap : " Aku merasa tolol karena ternyata Anjani lebih awas dan sigap menghadapi bahaya." ( Novel Laut Bercerita halaman 124 )
Ibu ( Perhatian )
ini salah satu kutipan bahwa Ibu adalah orang yang perhatian : " Malam itu, Ibu menghidangkan empal gentong dan ketupat, sisa makanan katering pesanan pasangan Cirebon yang menikah sehari sebelumnya." ( Novel Laut bercerita halaman 153 )
Gaya BahasaÂ
Pada Gaya Bahasa Novel Laut Bercerita ada 8 majas yaitu Majas Simile, Majas Litotes, Majas Metafora, Majas Repetisi, Majas Personifikasi, Majas Sinedoke, Majas Hiperbola dan Majas Hipalase. Berikut penjelasannya :Â
Majas Simile
Majas Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud adalah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukan itu, yaitu kata-kata ; seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Gaya bahasa simile yang ditunjukkan dari dua ungkapan tersebut menggambarkan sebuah perbandingan yang eksplisit. " Manusia, binatang, dan segala makhluk hidup akan tenggelam. Karena itu, aku mengira begitu aku tenggelam, kematianku akan menghasilkan guncangan besar. Atau bak Dewi Kali yang perlahan menarik nyawaku dari tubuh seperti seuntai benang yang perlahan-lahan ditarik dari sehelai kain tenun.Tenang tapi menghasilkan rasa yang tak seimbang." ( Novel Laut Bercerita halaman 5 ). Pada ungkapan yang pertama menggambarkan perasaan tokoh "Laut" yang melihat kematiannya secara nyata dan dia merasakan seperti nyawa yang ditarik perlahan dari tubuhnya dengan seuntai benang yang perlahan ditarik dari sehelai kain tenun.
Majas Litose
Majas Litose adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya. Atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya Gaya bahasa Litotes ini ditemukan pada kutipan berikut: "Aku bukan Naratama yang fasih atau Gusti yang sadar akan senyumnya yang magnektik bagi para perempuan. Aku bakal menjadi patung begitu berhadapan dengannya". ( Novel Laut Bercerita halaman 38 ). Kalimat di atas dikategorikan sebagai majas litotes karena pada kalimat di atas menunjukkan bahwa senyuman temannya yang lebih memikat daripada tokoh utama Laut, sehingga menggunakan kata patung seolah-olah tidak ada unsur yang bisa memikat lawan jenis ketika berbicara.Â
Majas Metafora
Majas Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak menggunakan kata: seperti, bak, bagai, bagaikan dan sebagainya,sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua .Gaya bahasa metafora ini ditemukan pada kutipan berikut: "Karena peristiwa penangkapan para aktivis masih saja menggelayuti Yogyakarta, membawa-bawa fotokopi buku karya Pramoedya Ananta Toer sama saja dengan menenteng bom; kami akan dianggap berbahaya dan pengkhianat bangsa." ( Novel Laut Bercerita halaman 20 ). Pada kutipan diatas dapat terlihat perbandingan yang singkat dari pokok pertama ke pokok kedua ini terlihat bagaimana membawa sebuah fotokopi buku karya sastrawan ternama Indonesia seperti sebuah bom yang menjadi hal yang paling berbahaya dan dihubungkan pada sebuah pengkhianatan.
Majas Repetisi
Majas Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberikan tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Salah satu kutipan Majas Repetisi : " Menangani Daniel dan karakternya yang berapi-api tentu saja tidak mudah. Kesalahan sekecil apapun dalam hidup ini mudah membuatnya gelisah." ( Novel Laut Bercerita halaman 40 )
Majas Personifikasi
Majas Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. Salah satu kutipan Majas Personifikasi : "Aroma bumbu campuran kunyit, kemiri, dan daun jeruk yang dipadu santan cair itu bukan hanya merangsang hidungku, tetapi juga mendorong langkahku menuju dapur." ( Novel Laut Bercerita halaman 63 ). Kutipan di atas menggambarkan sebuah benda mati yaitu aroma bumbu yang dapat menimbulkan reaksi indra perasa dan penggerak tubuh yang biasanya muncul dari dalam diri karena sebuah motivasi akan sebuah perilaku atau penggerak dari sebuah perilaku. Namun menggunakan aroma bumbu dari campuran aneka bahan masakan menjadikan reaksi indra yang tidak biasa
Majas Sinekdoke
Majas Sinekdoke adalah semacam bahasa yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte). Berikut kutipan pertama yang mengandung gaya bahasa Sinekdoke: " Begitu kumasuki lorong yang menghubungkan ruang depan dengan belakang, cuping hidungku diserang aroma pesing yang memualkan." ( Novel Laut Bercerita halaman 13 ) Pada contoh kalimat pertama dapat dilihat penggunaan kata cuping hidungku, bagian tubuh yang mewakili keseluruhan tubuh untuk menyatakan sebuah reaksi dari situasi yang dialami saat itu.
Majas Hiperbola
Majas Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal (Keraf, 2008: 135). Gaya bahasa yang digunakan pada dua contoh kalimat di bawah ini mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesar-besarkan suatu hal. Contoh penggunaan gaya bahasa hiperbola terdapat pada kalimat berikut ini, "Kami melahap semuanya, dari koran hingga buku-buku, dari komik wayang hingga buku-buku klasik karya semua penulis Eropa dan Amerika Latin yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia." ( Novel Laut Bercerita halaman 21-22 ) Kalimat pertama menggunakan kata melahap dari apa yang dibaca, yang seharusnya kata melahap digunakan untuk aktivitas memasukan makanan ke dalam mulut.
Majas Hipalase
Majas Hipalase adalah gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata lain. Pada kalimat berikut ini ditemukan gaya bahasa Hipalase, "Sunu sering betul mengatakan betapa hangatnya rumahku, betapa ramahnya orangtuaku, dan betapa Suni tak ingin pergi dari dapur karena masakan ibu yang membuat lidah yang beku menjadi hidup saking nikmatnya". ( Novel Laut Bercerita halaman 40-41 ). Jika diperhatikan dari kalimat pertama kata beku seharusnya dipergunakan pada bentuk sebuah es, namun kata beku yang digunakan pada lidah untuk menggantikan kata lain yang seharusnya menandakan kondisi sebuah lidah.
  6. Sudut Pandang
Sudut pandang yang terdapat dalam novel ini adalah sudut pandang  orang pertama dari dua orang yang berbeda yaitu dari Orang  pertama adalah  Biru Laut Menceritakan tentang perjuangannya sebagai mahasiswa yang ingin merubah indonesia menjadi lebih baik ,laut dan kawan-kawan tidak setuju dengan kebijakan masa orde baru  dimana masa itu rakyat indonesia tidak memiliki kebebasan dalam berpendapat rakyat miskin dibungkam, laut juga menceritakan kegiatan winatra dan wirasena aksi-aksi yang ingin dilakukan namun banyak rintang yang mereka hadapi selain itu diceritakan Kekejaman para Aparat pada masa itu,  bahkan ada kebijakan yang berlakukan tembak ditempat. Orang kedua Asmara jati Adik laut yang menceritakan perjuangannya dalam mencari sang kakak dan teman-teman aktivis yang hilang  dan Asmara bersama alek dan coki teman-teman yang diberikan kebabasan mereka berjuang untuk mendapatkan keadilan dari pemerintah .
 7. Amanat
Setelah kami membaca Novel Laut Bercerita ini ada beberapa amanat yang disampaikan penulis kepada pembaca, yaitu :Â
1.Jangan mudah percaya pada orang lain atau tidak dikenal, sekalipun itu temanmu sendiri, karena bisa jadi orang terdekatmu menjadi musuhmu.
2. Jangan pernah menyerah memperjuangkan sesuatu yang layak diperjuangkan.
3. Jangan pernah takut melawan ketidakadilan, meski berkali-kali harus menerima kekerasan dan siksaan.
4. Menghadapi kenyataan yang menyakitkan adalah hal yang sulit untuk dilakukan, namun harus dihadapi dan diterima dengan lapang dada, karena dibalik kenyataan yang menyakitkan pasti ada pelajaran yang bisa diambil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H