Zaman perunggu atau bisa disebut perundagian. Istilah perundagian berasal
dari bahasa Bali “undagi” yang memiliki arti seseorang atau sekelompok yang mempunyai kepandaian serta keterampilan. Penggunaan logam dalam zaman perunggu ini mengalami perkembangan pesat. Manusia sudah mengenal teknologi perundagian, mengenal perdagangan barter, mengenal status kaya, serta mengenal sistem pembagian kerja. Kebudayaan pada zaman perunggu yang berpengaruh adalah bivalve dan a cire perdue. Bivalve adalah teknik pencetakan logam dengan bahan baku teknologi batu. Sementara a cire perdue adalah cetakan logam yang memiliki bahan dasar tanah liat dan lilin.
Hasil kebudayaan dari zaman perunggu:
Nekara perunggu
Kapak corong atau kapak sepatu perunggu
Bejana perunggu
Kepercayaan dalam zaman perunggu adalah animisme, yang dimana kepercayaan atas roh nenek moyang atau kepercayaan atas benda-benda yang memiliki roh kuat.
2.5. Zaman megalitikum (zaman batu besar)
Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada
zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang, namun kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah mulai meningkat. Kepercayaan pada zaman megalitikum adalah kepercayaan animisme yang dimana orang orang percaya sekitar nya memiliki roh halus.
Peninggalan budaya zaman megalitikum seperti: