Mohon tunggu...
ErmaQiz
ErmaQiz Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Bebas

Cerpen, Puisi dan Quote

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Hati Memilih

6 Juli 2020   10:40 Diperbarui: 6 Juli 2020   11:58 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/sangwiworo_oct13

Beberapa siang belakangan ini Rania hanya ditemani Wina di kantin untuk menunggu saat praktikum tiba, Gilang tidak menemaninya seperti biasa. Lelaki itu tidak tampak batang hidungnya sudah hampir seminggu, sejak pertengkaran mereka beberapa hari lalu.

Keduanya memang aktif dikepengurusan Himpunan Mahasiwa Jurusan, dan perbedaan pendapat tengah mewarnai kiprah organisasi mahasiswa jurusan menjelang pergantian pengurus, hal itu cukup pelik dan sayangnya perbedaan pendapat dalam kepengurusan itu membuat suasana keduanya menjadi tidak nyaman dan mulai merenggang. Tiba-tiba hal itu membuat Gilang menjauh dan menciptakan jarak bagi keduanya. Dan Raniapun membiarkannya.

Mata Rania menelusuri sebuah media sosial yang tengah dibukanya, tiba-tiba ada sedikit rasa nyeri disudut-sudut hatinya. Dan Wina menangkap kegundahan yang tengah mempermainkan hati sahabat terbaiknya itu," Kenapa say?" Tanya Wina.

"Ini tumben tiba-tiba Gilang aktif di IG berkomentar dan ngelike akun-akun Dina dan Farah, ih care banget dia "jawab Rania sambil tangannya tetap berselancar kepoin akun Dina dan Farah bergantian.

"Cieee yang lagi kangen," goda Wina dengan senyum khasnya."Eit kangen apa jealous yah? " goda Wina lagi sambil menutup mulutnya dengan tangannya.

"Apaan sih !"jawab Rania kesal," Aku sedang tidak bercanda." jawabnya rada ketus.

"Ga usah baper begitu juga kaleee, hahaha," goda Wina semakin menjadi, "Bucin loe ,"Wina tertawa lebar," Rasa jealousmu bertebaran diudara menggantikan warna pelangi yang begitu indah berubah menjadi kelabu. Mungkin itu efek rindu yang tak tertahankan, hahaha,"goda Wina semakin parah bak seorang penyair.

"Dasar penyair gadungan," timpal Rania dengan senyum kesalnya.

"Tapi sekarang jadi paham khan? rasa yang dialami Gilang selama ini ? "Goda Wina tak mau henti.

Rania menatap kearah sahabatnya yang tengah tertawa terkekeh itu. Sebel. Tapi ada benarnya juga pikirnya. Tiba-tiba dadanya terasa sesak, seperti ada yang menghimpit menjadikan desiran darah menuju ke otak berasa tertahan dan mengendap di bawah tengkuk, sesak dan nyeri seolah leher tercekik.

"Masih mau bertahan, tidak mau mencoba mencari Gilang yang tengah menghilang ?" Wina tetap usil menggoda Rania yang wajahnya mulai memerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun