Ketertarikan membuat seseorang melihat sesuatu yang biasa menjadi lebih indah bahkan bisa jadi luar biasa. Ketertarikan pula menimbulkan rasa lain di bilik hati seseorang dan bila keduanya saling menyemai benih-benih yang telah ada itu, akhirnya akan tumbuh rasa yang tidak dapat ditampik, sayang dan cinta akhirnya memenuhi ruang bathin keduanya. Menjadikan penuh warna, penuh bunga-bunga cinta yang akan mengisi hari-hari mereka kedepan.
Namun, dengan berjalannya waktu segala yang terasa indah diawal akan menjadi sebuah ujian kesungguhkan cinta mereka, karena pada akhirnya masing-masing karakter yang dimiliki tidak akan bisa terus bersembunyi dibalik rasa yang ada. Dan itulah ujian cinta ...
Rania mendengarkan curcol Gilang siang itu.
"Bayu itu licik orangnya," begitu akhir curhatan hati Gilang setelah dia bercerita tentang perselisihannnya dengan Bayu kemarin sore.
"Sudahlah maafkan saja !" akhirnya Rania bersuara setelah sejak tadi mendengar cerita kekasihnya itu penuh perhatian.
"Maaf kamu bilang? Enak saja, tidak semudah itu, dan dia tidak pernah merasa bersalah. Pasti, dia akan melakukannya lagi pada orang lain!" Gilang membela diri.
"Kamu pendendam!"Rania mencoba menyimpulkan.
"Aku hanya ingin memberinya pelajaran," sekali lagi Gilang membela diri.
"Bukannya maafmu akan melegakanmu? " Rania menatap Gilang lekat-lekat,"Lagian bukan urusanmu juga untuk memberinya pelajaran itu, buat aku maafmu itu yang lebih penting, karena itu akan melegakan hatimu ," Rania mencoba menasehati Gilang.
Tapi ujung-ujungnya Gilang tetap bertahan dan tidak mau sedikitpun berubah cara pikir dan tindakannya sesuai keinginan Rania. Jadi untuk kesekian kalinya Rania harus menelan kecewa atas sikap kekasihnya itu.Â
Dalam benak Rania, Gilang terlalu egois, mau menangnya sendiri, pencemburu dan sok disiplin, itu semua membuatnya muak, kesal dan geregetan. Baru kali ini Rania menemukan lelaki keras kepala seperti itu. Tapi disatu sisi bathin Rania juga bertanya mengapa aku bertahan untuk mencintai lelaki itu ? Akh ...