Mohon tunggu...
Pendidikan Pilihan

Hoaks dan Penyakit Kalbu

27 November 2018   07:30 Diperbarui: 27 November 2018   07:57 2005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jadi istilah penyakit kalbu atau penyakit hati, seperti amarah, iri, dengki, kecewa, dan sebagainya, adalah emosi negatif yang dapat mempengaruhi qolbu fisik (jantung), seperti detak tidak beraturan, dada sesak, dan keluarnya hormon-hormon racun yang memperburuk kesehatan seluruh tubuh.

Sebaliknya ketika kita merasakan cinta, kasih sayang, dan kepedulian, detak jantung beraturan, hormon-hormon cinta diproduksi dalam tubuh, yang membuat seluruh tubuh semakin sehat.

Sebetulnya, efek dahsyat hoax dan ujaran kebencian bukan saja terhadap kesehatan tubuh, tetapi yang lebih mengerikan lagi adalah terhadap kesehatan jiwa karena semakin meningkatnya nafsu amarah dan berbagai penyakit kalbu yang mewarnai kehidupan masyarakat seperti, rasa iri, dengki, dan kebencian. 

Menurut Simone Weil, seperti halnya tubuh yang memerlukan makanan yang bergizi agar sehat, jiwa manusia juga memerlukan "makanan" yang baik, yaitu informasi yang benar dan menyejukan agar jiwanya menjadi sehat. 

Informasi yang tidak benar, apalagi berupa hoax dan fitnah, adalah racun bagi jiwa karena timbulnya rasa kebencian dan buruk sangka. 

Masyarakat yang terus dibombardir dengan hoax informasi seperti ini, apalagi di era medsos yang sarat dengan informasi negatif, racun jiwa ini ibarat virus yang menyebar secara luas, sehingga membuat bukan saja kesehatan fisik menurun, tetapi juga jiwa masyarakat menjadi sakit; penuh kemarahan dan kebencian yang berakibat konflik dan perpecahan. 

Porak porandanya Yugoslavia, genosida di Rwanda, dan peperangan di Suriah dan negara-negara Timur Tengah lainnya,  adalah disebabkan oleh penyebaran "virus" kebencian berdasarkan SARA.

Apabila para produsen atau penjual makanan yang memakai zat-zat berbahaya yang membahayakan kesehatan fisik masyarakat saja harus bertanggung jawab dan diproses secara hukum, apalagi para produsen hoax dan penyebar fitnah yang bahayanya jauh lebih besar lagi, karena keutuhan dan kemaslahatan bagsa sendiri dipertaruhkan. 

Mungkin istilah "fitnah lebih kejam daripada pembunuhan" ada benarnya, karena apabila si A membunuh B, maka yang berdosa adalah si A saja, tidak mengajak orang lain ikut berdosa. 

Tetapi kalau si A membuat kebohongan dan menyebarkan fitnah, maka si A di era medsos ini, akan mengajak ribuan bahkan jutaan orang lain ikut berdosa, karena timbulnya prasangka buruk dan rasa kebencian, atau menumbuhkan nafsu amarah atau mengotori kalbu masyarakat. Belum lagi dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat, karena meningkatnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan emosi negatif.

Penyakit kalbu adalah bertentangan dengan sifat-sifat ketakwaan, karena pengertian takwa adalah menjaga diri, menghindari dari segala larangan-larangan, atau orang-orang yang selalu menjaga kesucian dirinya, atau orang yang bebas dari penyakit kalbu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun