Seorang pria besar dengan topi lebar berdiri di dekat burung itu.
"Tertarik dengan elang botak ini?" tanyanya, menyeringai. "Burung ini langka, harganya mahal."
"Itu elangku," Tianaga menjawab tegas. "Dia dicuri dari rumahku."
Pria itu tertawa sinis. "Burung ini milikku sekarang. Kau punya uang, Penduduk Asli? Kalau tidak, jangan buang waktuku."
Tianaga berdiri tegak, menatap pria itu dengan mata tajam.
"Kaya bukan untuk dijual. Dia adalah sahabatku, bukan barang dagangan."
"Semua di sini adalah barang dagangan!" tukas si pria. "Kalau kau tidak bisa membayar, enyahlah!"
Orang-orang mulai berkumpul, memperhatikan perselisihan itu. Tianaga mengangkat suaranya.Â
"Burung itu tidak layak menjadi budakmu. Dia lahir untuk terbang bebas. Biarkan aku membawanya pulang, atau akan kupanggil pihak berwenang!"
Penjual itu mendengus, tetapi wajahnya mulai gelisah.
"Buktikan kalau dia milikmu," katanya akhirnya.