1. Minat terbatas : anak masih memiliki minat yang sangat terbatas terhadap pembelajaran dan permainan
2. Sikap motorik berulang, mis. Mengetuk-ngetuk meja : anak sering mengetuk ngetuk tembok dan bangku
3. anak sering tantrum jika ruangan panas
4. anak lebih suka duduk di lantai
Dari karakteristik di atas penulis menentukan strategi, metode, pendekatan dan media yang cocok sebagai berikut :
1. Strategi : pemberian pembelajaran kosa kata dilakukan bertahap, berulang dan terstruktur sehingga anak mampu mengingat dan memahami makna tiap kata yang diberikan.
2. Model pembelajaran : Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Depdiknas (Widaningsih, Dedeh 2005:7) mengemukakan ciri-ciri model pembelajaran langsung sebagai berikut :Â
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran.
3. Metode : Developmental, Individual, Relation-Based (DIR/Floortime) DIR/Floortime adalah jenis terapi yang mendorong orang tua secara aktif membangun interaksi berkualitas guna meningkatkan kemampuan Bahasa, kognitif, emosi, dan sosial (Liao et al., 2014). Orang tua mengimplementasikan metode DIR/floortime sekitar 15-25 jam per minggu dengan durasi 20-30 menit per sesinya (Boshoff et al., 2020). Pendekatan pragmatis dalam metode ini memungkinkan orang tua untuk menciptakan permainan simbolik, sehingga anak mampu untuk menangkap makna dibalik kata-kata yang ia dengar (Papafragou, 2018; Wieder, 2017). Ada 6 Level Perkembangan Fungsional dalam penerapan DIR/Floortime:Â