Maksudnya, Dia kelak akan membalas kalian atas apa yang telah Dia ketahui dari amal perbuatan yang kalian kerjakan. Jika amal itu baik, maka balasannya baik; dan jika amal itu buruk, maka balasannya akan buruk pula.
Demikianlah penjelasan Imam Ibnu Katsir.
Maka bersikap adil adalah hal paling dasar yang mendekatkan kita dengan taqwa karena dengan bersikap adil artinya kita jauh dari sikap zalim.
Orang yang bertaqwa akan selalu berhati-hati dengan hak orang lain yg harus dia tunaikan dan perbuatannya kepada orang lain maka orang yang bertaqwa akan selalu memastikan bahwa setiap hak orang yg ada pada dirinya tertunaikan dengan baik dan pada saat yang sama menjaga perkataan dan perbuatannya agar tidak menzalimi orang lain.
2. Pemaafan itu Lebih Dekat Kepada Taqwa
Hal kedua yang dekat kepada taqwa adalah Pemaafan. Pemaafan ini lebih tinggi tingkatnya dari pada adil. Pemaafan dalam ayat ini lebih dekat maknanya dengan Ihsan/kebaikan. Yaitu memilih hal yang lebih baik dari sekadar memberikan hak orang lain sehingga orang tidak terzalimi tapi bahkan sampai pada tahap membiarkan hak kita tidak terpenuhi agar orang tidak mengalami kerumitan. Dan sebaliknya memberikan penuh hak orang yg sebenarnya hanya mendapatkan separuhnya.
Allah berfirman
Dan jika kamu menceraikan mereka sebelum kamu sentuh (campuri), padahal kamu sudah menentukan maharnya, maka (bayarlah) seperdua dari yang telah kamu tentukan, kecuali jika mereka (membebaskan) atau dibebaskan oleh orang yang akad nikah di tangannya. Pemaafan itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu lupa kebaikan di antara kamu. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah, 2: 237)
Imam ibnu katsir menjelaskan bahwa
"Ibnu Jarir mengatakan bahwa sebagian kalangan mufassirin mengatakan bahwa ayat ini ditujukan kepada kaum lelaki dan kaum wanita."
Artinya pemaafan yg dimaksud dalam ayat ini bisa dilakukan oleh pihak laki-laki maupun wanita.