Mohon tunggu...
Ratih Prasedyawati
Ratih Prasedyawati Mohon Tunggu... Guru - Guru di sekolah swasta

saya Ratih Prasedyawati tinggal di kota Bekasi, hobi saya menulis, membaca dan beberes

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jumat Berkah Dengan Jariyah Ilmu? Kenapa Tidak!

10 Februari 2024   16:21 Diperbarui: 10 Februari 2024   17:45 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh karena itu, jangan pernah tinggalkan senjata yang satu ini. Tidak semua orang mampu menggunakannya, kecuali orang-orang yang beriman. Ibnu Hajar berkata, "Setiap orang yang berdo'a akan dikabulkan, hanya saja pengabulan itu berbeda-beda. Kadang dikabulkan sesuai dengan permintaan, dan kadang diganti dengan sesuatu yang lain."

Saudaraku, dalam hitungan 5 hari lagi perjuangan kita untuk meraih perubahan yang lebih baik di negeri ini akan ditentukan pada 14 Februari 2024. Sudah terasa sangat sesak dada ini dan ingin segera terbebas dari belenggu kepemimpinan yang menabrak-nabrak konstitusi, etika dan moral dalam 10 tahun terakhir ini.  

Maka, saatnya kita jangan pernah lagi memilih pemimpin zhalim, meski seorang kyai yang menyuruhnya. Diriwayatkan dari Imam Bukhari, "Tidak ada kewajiban mentaati kepada mahluk dalam maksiat kepada Allah. Ketaatan itu hanya dalam hal yang ma'ruf." Menurut As-Sa'di, Al-Ma'ruf adalah perbuatan kebaikan dan perbuatan ketaatan serta semua yang diketahui baiknya oleh syariat dan oleh akal sehat.

Lebih tegas lagi, dalam memilih pemimpin 2024 nanti, kita wajib mengikuti perintah Rasulullah SAW., "Siapa saja di antara mereka yang menyuruh kalian untuk maksiat kepada Allah, maka tidak ada kewajiban mendengar dan mentaatinya."

(HR. Bukhari).

Dalam Islam, jangankan urusan kepemimpinan, urusan keluar masuk WC, urusan makan dan minum dengan duduk dan menggunakan tangan kanan, dan hal-hal yang ringan-ringan, semua sudah diatur dalam agama. Apalagi urusan kepemimpinan yang maslahatnya sangat besar untuk manusia, harus mengikuti syariat Allah dan tuntunan Rasulullah. 

Di sisi lain, perlawanan terhadap presiden yang menabrak-nabrak konstitusi, etika dan moral kian masif belakangan ini. Terlebih lagi perlawanan masif ini datang dari forum rektor, kaum intelektual dan akademisi di Kampus. Hal ini menunjukkan begitu serius dan kritis masalah tata kelola pemerintahan dan kehidupan demokrasi, terutama dalam menghadapi Pemilu 2024 ini.

Apa yang harus kita persiapkan? Perhatikan firman Allah, "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya...."

(QS. 8:60).

Setelah berbagai persiapan, kekuatan dan strategi syar'i sudah dan sedang dilakukan, mulai tim relawan pejuang, sumber anggaran, rencana calon, deklarasi, konsolidasi partai pengusung, sosialisasi program, debat publik sampai kampanye akbar, maka ada satu senjata ampuh yang tidak bisa diremehkan, yaitu kekuatan do'a-do'a kita umat Islam.

Maka, setiap kita wajib mengikhlaskan niat, menguatkan hati, memfokuskan pikiran, memantapkan langkah dan menetapkan pilihan dengan washilah shalat hajat, tahajjud, tilawatil qur'an, do'a-do'a, ma'tsurat, wirid, dzikir, munajat, pengharapan dan permohanan untuk merengguk Al-Quwwah Al-Ilahiyyah (kekuatan Allah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun