Mohon tunggu...
Muhammad Rasyad Firdaus
Muhammad Rasyad Firdaus Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Penuntut Ilmu

Senang membaca, menulis, kuliner, dan travelling. Lulusan Madrasah Aliyah Al-Ma'tuq tahun 2024. Kelahiran Madiun 26 Juni 2006. Saat ini sedang berjuang untuk mengharap ridha Allah dan kedua orang tua, juga meraih masa depan dunia dan akhirat yang bahagia dan tenang atas izin Allah

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Antara Aku, Pesantren, dan Public Speaking, Cerita Pribadiku di Pesantren

20 Agustus 2024   08:36 Diperbarui: 20 Agustus 2024   08:53 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Izinkan berbagi cerita pribadiku selama di pesantren.
Bagaimana prosesku di sana ketika mempelajari public speaking.

Tanggal 14 Juli 2018 merupakan hari yang paling bersejarah bagiku. Hari di mana aku masuk pesantren untuk pertama kalinya. Tepatnya di Pesantren Al-Ma'tuq Sukabumi. Meskipun harus memilih untuk jauh dari orang tua, tetapi aku harus melaluinya agar bisa membahagiakan mereka di masa depan kelak.

Waktu itu aku tidak ada kepikiran untuk bisa jago public speaking. Karena yang kupikirkan hanyalah mempelajari ilmu agama, menghafal Al-Qur'an, belajar bahasa arab, kurang lebih itu saja.

Gedung Sekolah Pesantren Al-Ma'tuq Putra/dokpri
Gedung Sekolah Pesantren Al-Ma'tuq Putra/dokpri
Ternyata, ada salah satu ekskul yang wajib diikuti seluruh santri. Yaitu ekskul Muhadhoroh. Mulai ketika aku masuk pondok, ekskul tersebut diadakan setiap jum'at siang, setelah shalat jum'at dan makan siang.

Dalam muhadhoroh, santri-santri terbagi menjadi beberapa kelompok. Waktu itu ada kelompok khusus MTs yang dicampur dari kelas 1 sampai 3, dan ada khusus MA yang terdiri dari kelas 1 saja. Adapun kelas 2 MA semuanya menjadi mudabbir atau pembimbing untuk semua kelompok baik MTs maupun MA. Kelas 3 MA tidak diikutsertakan karena ada banyak ujian untuk mereka.

Awalnya, aku tidak tahu apa saja yang bisa didapat dari ekskul tersebut. Ketika disuruh ikut, aku ikut saja tanpa memikirkan apa benefitnya. Rupanya, itu merupakan ekskul latihan berpidato, public speaking. Ekskul tersebut diwajibkan agar para santri bisa berbicara di depan umum.

Benar saja, ketika aku pertama kali mengikuti ekskul tersebut, ditampilkan beberapa kakak kelasku untuk menyampaikan pidatonya.

Waktu itu, aku ketika melihat kakak kelasku ada yang bisa berpidato dengan bagus, aku hanya menganggap wow saja. Tidak ada keinginan dalam diriku untuk menjadi seperti mereka. Aku belum terobsesi. Seakan-akan hanya angin yang lewat, aku membiarkannya saja.

Awal-awalnya di kelompokku penentuan siapa yang maju latihan pidato berdasarkan kelas. Pekan pertama seluruh kelas 3 MTs, pekan berikutnya kelas 2 MTs. Adapun kelas 1 MTs belum diperintahkan untuk tampil. Kami hanya menontoni saja.

Setelah itu, penentuan yang maju jadi berubah. Dalam kelompok muhadhoroh kami sebenarnya dibagi lagi menjadi 4 kelompok waktu itu. Setiap kelompok kelas 1, 2 dan 3 ada semua. Dan penentuan maju pun berubah menjadi per kelompok dalam kelompok muhadhoroh.

Mungkin awal-awal mengikuti muhadhoroh, aku tidak tahu apa benefitnya. Hingga berjalannya waktu para mudabbirku memberi tahu kalau di muhadhoroh ini kita dilatih untuk mampu berbicara di depan umum. Karena berbicara di depan umum perlu yang namanya latihan. Latihannya di muhadhoroh ini.

Akhirnya sampailah kurang lebih dua atau tiga bulan setelah awal masukku ke pesantren. Kelas 1 MTs dari kelompok kami pun diberi kesempatan untuk maju latihan pidato. Pada jum'at kali itu yang diberi kesempatan untuk tampil adalah seluruh kelas 1 MTs di kelompok kami.

Ketika itu, aku masih berpatokan kepada teks yang kutulis ketika maju kedepan. Wajar, masih di awal-awal. Tapi alhamdulillah ketika maju pertama kali bisa lancar meskipun awal-awal agak gerogi. Para mudabbir di kala itu juga memilih santri kelas 1 yang pidatonya terbaik. Namun, bukan aku yang terpilih.

Minggi depannya aku juga terpilih untuk maju lagi. Hanya saja teksnya beda, dan aku tetap masih menghafal. Aku juga belum ada keinginan untuk bisa maju berbicara di depan umum dengan pembawaan suasana seperti temanku yang pidatonya terbaik.

Sampai suatu saat, masih di semester 1 kelas 1 MTs diadakan perlombaan antar santri dalam pondok yang bernama SABIFEST (lupa kepanjangannya karena semenjak aku kelas 3 MTs sampai menulis cerita ini sudah tidak ada lagi). Banyak cabang lomba yang diadakan. Aku waktu itu memilih story telling. Memang lomba ini juga berkaitan dengan public speaking karena berbicara di depan umum. Hanya saja aku tampil seadanya, hanya menghafalkan teks dan membacakannya saja di depan juri waktu penyisihan. Cuma ngomong saja.

Di event lomba ini ada tiga babak. Yaitu penyisihan, semifinal, dan final. Semua santri yang ikut penyisihan story telling masuk semifinal kecuali aku sendiri. Karena aku sebenarnya belum paham ketika story telling harus ngapain aja.

Temanku yang waktu itu pidatonya terbaik waktu muhadhoroh ikut cabang lomba pidato bahasa indonesia. Dia mengikutinya sampai final. Setiap cabang lomba ada 5 santri yang bisa masuk final setelah penyisihan dan semifinal. Semu cabang lomba final yang merupakan penampilan disaksikan seluruh santri. Baru ketika final ditentukan siapa yang akan juara 1, 2 dan 3. Dan ternyata temanku menjadi 3 besar di lomba itu.

Waktu itu aku masih sama, belum ada keinginan untuk bisa ngomong depan umum sama sekali. Aku hanya bisa ketika latihan saja, dan itu hanya di depan beberapa santri dan mudabbir. Kalau para finalis mereka tampil di depan seluruh santri.

Sebenarnya seluruh santri tidak hanya tampil ketika muhadhoroh setiap jum'at saja. Ada juga yang namanya muhadhoroh yaumiyyah yang mana setiap santri kelas 1 MTs sampai 1 MA semuanya mendapatkan jatah setahun sekali. Muhadhoroh yaumiyyah ini merupakan pidato di masjid di depan seluruh jama'ah. Pastinya seluruh santri menyaksikannya.

Di semester 2 kelas 1 MTs, aku akhirnya mendapatkan giliran untuk muhadhoroh yaumiyyah. Dan waktu itu sudah tidak boleh bagi kelas 1 MTs untuk pidato menggunakan bahasa indonesia. Harus arab atau inggris. Aku pun menulis teksnya dengan bahasa indonesia terlebih dahulu dengan tema berbakti kepada orang tua, baru kemudian diterjemahkan ke bahasa inggris menggunakan bantuan kamus John Echols.

Aku memilih bahasa inggris karena alhamdulillah sejak SD aku sudah belajar bahasa inggris. Adapun  bahasa arab baru belajar di pesantren dan waktu itu baru sedikit mampu berbahasa arab.

Hari di mana aku akan tampil muhadhoroh yaumiyyah pun tiba. Hatiku dipenuhi rasa deg-degan karena akan tampil pertama kali pidato di depan seluruh santri. Aku akan tampil setelah shalat maghrib. Sebelum maghrib kusetorkan terlebih dahulu ke kakak kelas pengurus bagian dakwah. Baru setelah maghrib naik ke atas mimbar dan berbicara.

Benar saja, ketika maju kakiku bergetar. Aku tidak bisa mengontrolnya. Gerogi mulai menguasai tubuhku. Namun, aku tetap melanjutkan hingga selesai. Meskipun aku lupa untuk mengucapkan pujian kepada Allah dengan bahasa arab saking geroginya.

Pidato selesai, aku langsung turun dari mimbar dan lanjut melaksanakan shalat sunnah setelah maghrib. Ketika sampai di kamar, langsung salah seorang temanku mengungkapkan bahwa dia tidak paham apa yang kuucapkan. Aku dengarkan saja dan kujadikan evaluasi untuk kedepannya.

Ketika naik ke kelas 2 MTs, di semester 2, tahun 2020 baru muncul keinginan agar bisa berpidato dengan baik dan bagus. Di waktu itu juga beberapa santri termasuk dari angkatanku ada yang dipilih, kemudian diberi dispensasi untuk tidak ikut muhadhoroh hari jum'at. Karena muhadhoroh yaumiyyah akan diisi oleh mereka saja, tidak lagi semua santri.

Langsung muncul dalam hatiku keinginan untuk menjadi seperti mereka. Terlihat enak bagi para santri bila setiap jum'at siang tidak ikut muhadhoroh. Aku juga ingin seperti mereka.

Mulailah ketika aku diberi kesempatan untuk pidato di kelompok muhadhorohku kala itu di jum'at siang, aku berusaha memperbagus pidatoku, mengangkat suara, dan lain sebagainya. Berharap bisa gabung bersama mereka.

Di semester 1 kelas 2 MTs juga aku pernah mendapat kritik dari mudabbirku ketika tampil karena suaraku kecil. Juga ketika sebelum dipilih mereka yang pidatonya bagus untuk muhadhoroh yaumiyyah, aku pernah menyiapkan teks untuk muhadhoroh yaumiyyah. Hanya saja ketika giliran untukku sudah dekat, teks sudah kuhafal, temanku yang mendapat giliran menyuruhku untuk maju pidato. Hanya saja aku malu-malu, belum percaya diri. Akhirnya di waktu itu tidak ada yang maju. Dan ternyata setelah itu muhadhoroh yaumiyyah hanya khusus untuk santri-santri yang dipilih saja.

Qadarullah di masa itu muncul pandemi covid-19. Akhirnya semua santri diarahkan untuk memindahkan tempat belajar ke rumah masing-masing secara online. Kala itu aku melaksanakan kbm online selama kurang lebih setahun sampai kelas 3 semester 2 pertengahan.

Di masa itulah, aku mulai suka melihat video ceramah. Dan dari itu aku juga termotivasi ingin lancar berbicara depan umum seperti mereka. Akhirnya aku suka coba ngomong sendiri entah dengan suara lirih atau dalam hati. Coba-coba untuk pidato dengan bagus, dengan apa-apa yang ada dalam pikiranku.

Langsung ada keinginan dalam diriku untuk mengikuti lomba pidato bila ada. Aku ingin berpidato dengan bagus sebagaimana temanku yang pernah ikut final lomba pidato. Aku juga bertekad ingin mengikuti lomba pidato ketika SABIFEST. Namun, qadarullah belum ada lagi semenjak pandemi sampai sekarang.

Ketika menginjak kelas 1 MA semester 2, datang giliranku untuk muhadhoroh yaumiyyah. Semenjak covid-19 yang muhadhoroh yaumiyyah tidaklah yang terpilih lagi, balik ke semua santri.

Waktu itu, entah mengapa aku tampil dengan teks yang sudah kutulis sebelumnya untuk video pidato yang wajib disetor santri ketika liburan semester 1. Judulnya "Sikap Menghadapi Musibah" Berbahasa Arab. Aku maju setelah shalat ashar. Alhamdulillah, aku bisa berusaha lebih baik daripada sebelum-sebelumnya meskipun persiapan tidak terlalu matang.

Bulan ramadhan tahun 1443 H tiba. Di waktu itu ada penampilan pidato para mudabbir dari kelas 2 MA. Angkatan mereka ada 4 kelas, setiap kelas mengutus 2 orang untuk penampilan ini. Penampilan ini dinamakan Fannul Khitobah.

Aku tertarik dan di tahun depan bertekad untuk mengikuti penampilan seperti ini, menguji skill public speaking. Hanya saja, qadarullah di ramadhan 1444 H ketika aku kelas 2 MA tidak diadakan lagi penampilan seperti ini.

Selain itu juga di awal tahun ajaran 2021-2022 ketika aku masih awal-awal menginjak jenjang MA, aku mengikuti kegiatan pembukaan muhadhoroh. Di kegiatan tersebut ada penampilan pidato indonesia, arab, dan inggris dari para mudabbir. Waktu itu, aku juga bertekad tahun depan ingin seperti mereka.

Namun apa dayanya, bila takdir berkata lain. Ketika awal-awal  tahun ajaran 2022-2023 dan duduk di bangku kelas 2 MA aku coba mengajukan diri ke temanku yang merupakan ketua bagian bahasa dari Pengurus OSMA (Organisasi Santri Markaz Al-Ma'tuq). Beliau menerimanya dan aku siap. Ternyata untuk pembukaan muhadhoroh kala itu sudah dipilih oleh asatidzah khidmah/pengabdian. Yang dipilih itu merupakan adik-adik kelasku.

Sudahlah, cukup menerima takdir. Waktu itu aku juga diberi amanah menjadi mudabbir salah satu kelompok muhadhoroh, karena aku kelas 2 MA. Di situlah terbuka kesempatan untuk berbicara depan umum terbuka. Bukan berpidato, tapi mengarahkan santri agar bisa berpidato, mengevaluasi, dan lain-lain. Aku gunakan kesempatan itu sebaik mungkin.

Sejak aku kelas 2 dan 3 MA, ketika ustadz-ustadz mengajar di kelas. Aku juga sudah mulai memperhatikan sebagian di antara mereka yang menurutku sering memberikan nasihat. Aku perhatikan bagaimana cara penyampaian mereka di depan santri-santri di kelas.

Ketika kelas 3 MA, tahun ajaran 2023-2024, momen yang mungkin sangat berharga bagiku tiba. Yaitu menjadi ketua kamar santri kelas 1 MTs. Mereka masih baru, jadi pata ketua kamar kelas 1 MTs atau santri baru harus lebih perhatian terhadap anggotanya dibanding ketua kamar santri lama.

Kesempatan itu juga kumanfaatkan untuk latihan public speaking. Kadang kala aku mengadakan kumpul kamar dan memberikan nasihat untuk mereka. Nasihat dan cara penyampaiannya yang kuperhatikan dari para ustadz di kelas akhirnya aku ikuti kala itu.

Di kelas 3 MA juga, ada ujian praktik khutbah jum'at dan praktik mengajar. Dua ujian tersebut menjadi kesempatan besar bagiku untuk menguji skill public speaking. Alhamdulillah aku bisa menyiapkan kedua ujian tersebut sematang mungkin.

Sejak kelas 2 MA sampai sekarang, mungkin aku merasa terlambat. Karena nampaknya aku melihat beberapa adik kelasku bisa tampil jauh lebih membawa suasana daripada aku. Aku ingin memiliki kesempatan seperti mereka. Namun, dahulunya aku tidak punya perhatian terhadap public speaking.

Tapi itu tidak membuatku patah semangat. Masa lalu biarkan seperti itu, tak dapat diubah. Masih ada kesempatan untuk mengembangkan skill public speaking untukku. Apalagi sekarang ada media sosial. Sudah banyak orang yang menggunakan media sosial untuk membuat konten bermanfaat yang memerlukan skill public speaking.

Gedung Masjid Ma'had Al-Ma'tuq di Pagi Hari 17 Agustus 2024/dokpri
Gedung Masjid Ma'had Al-Ma'tuq di Pagi Hari 17 Agustus 2024/dokpri
Di awal masa pengabdian, aku sempat tertarik untuk membuat konten dakwah. Akhirnya aku melakukannya dan mempublishnya di Instagram. Namun, qadarullah orang tuaku menyuruhku untuk tidak membuat konten dahulu. Mau tidak mau aku taati perintah mereka.

Di luar nanti ketika lulus pesantren, Insya Allah masyarakat akan membutuhkan lulusan pesantren. Baik mengisi kajian, mengajar, dan lain sebagainya. Makanya, perlu sekali bagi santri untuk mempelajari public speaking. Agar bisa bermanfaat untuk masyarakat ketika sudah lulus. Banyak sekarang konten kreator dakwah yang merupakan lulusan pesantren.

Begitulah cerita singkat tentang pengalamanku selama di pesantren. Bagaimana perjalananku dalam mempelajari public speaking. Memang aku sejatinya tidak pernah dipilih pesantren untuk penampilan pidato baik lomba maupun event-event lainnya di pesantren. Masih banyak kakak kelas, teman-teman, bahkan adik kelasku yang pidatonya jauh lebih bagus daripada aku.

Mungkin sampai sini saja. Semoga bisa menjadi motivasi yang mendorong agar lebih semangat mempelajari public speaking. Yakinlah bahwa ilmu public speaking itu sangat penting bagi penuntut ilmu. Karena ilmu yang bermanfaat jangan sampai hanya berhenti pada diri kita. Harus bermanfaat untuk orang lain. Caranya adalah dengan menyampaikan ilmu yang kita miliki dan itu memerlukan skill public speaking.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun