Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Surat Rindu untuk Guruku | Puisi Banyu Biru

2 Juni 2024   19:24 Diperbarui: 2 Juni 2024   19:50 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi Pribadi | Diedit menggunakan Canva

Aku teringat dengan masa kecilku

Masa ketika aku masih jadi bocah ingusan yang lugu

Aku tak bawa apa-apa, hanya alat tulis dan tingkah kekanak-kanakan

Tetapi mengenalmu membuatku semakin tahu banyak hal

Isyarat jari telunjuk di bibir pertanda tidak boleh berisik

Menulis huruf dan angka berlembar-lembar

Dari nyanyian kepala pundak lutut kaki lutut kaki

Bahkan menghapal perkalian dengan nyanyian yang tidak jelas nadanya

Perlahan tapi pasti, kau mengamati pertumbuhan kami

Mengenali sifat kami dan tahu cara menarik perhatian kami

Aku masih teringat dengan imbalan 10 ribu untuk 10 soal benar

Aku masih ingat waktu dimana merangkak dengan lutut dan siku serta jalan jongkok jadi hukuman

Bagaimana mungkin aku bisa lupa?

Kau begitu banyak menghabiskan waktu dengan kami padahal kami hanya menambah beban saja

Kau mampu menepis geram dengan cekatan merubahnya menjadi senyuman

Dari anak-anak yang polos kami mulai menginjak usia remaja

Kami mencoba membuka pikiran untuk dunia

Memahami apa yang terjadi di atas tanah yang kami pijak

Oryza Sativa dan Feliz Domestica nama hewan terlucu yang masih kuingat

Mengajarkan kami tentang manusia dan identitasnya

Mengajarkan gaya, usaha, bahkan alam semesta

Kau mencoba mengotak-atik angka memindahkan pola melatih otak bekerja

Merubah kata-kata menjadi kalimat-kalimat indah untuk menikmati bahasa

Puncak dari tumbuh dan berkembang kami tidak lepas dari perhatianmu

Berbagai siasat untuk menunjukkan eksistensi kami nyatakan

Dari sikap sok manis dan sok pintar hingga membuat keributan dan lompat pagar

Dari setelan yang bersih dan rapi hingga pakaian kusut dan corat coret ala preman

Kau menghadapi pelanggaran yang dimotori prinsip kebersamaan

Memberi konsekuensi dari lari keliling lapangan, di jemur hingga siang, bahkan betis jadi sasaran

Kami tahu, kau memberikan hukuman memiliki maksud dan tujuan

Dalam setiap hukuman terselip sebuah harapan

Harapan dimana kami memandang masa depan denga menghadapi tantangan dengan tidak serampangan

Sering dalam sebuah hukuman kau suarakan nilai-nilai kehidupan

Nilai-nilai yang harus kami pegang untuk menjadikan kami manusia seutuhnya

Kami tidak akan lupa kisah tentangmu

Pahlawan tanpa tanda jasa yang hadir dalam jurnal kehidupan kami

Sekalipun kadang ada rasa benci, jengkel namun itu yang kami rindu

Kami rindu saat-saat dimana engkau meneriaki nama kami saat kami berulah

Kami juga rindu ketika engkau menyampaikan pujian saat kami berubah

Kami juga rindu wajahmu gerammu saat melihat pelanggaran kami

Kami rindu juga tawamu karena banyolan kami atau saat kau menertawakan kekonyolanmu sendiri

Kami sungguh berterima kasih

Untuk pengorbanan yang kau tunjukkan demi kami

Kami sunggu berterima kasih untuk keringat dan air mata yang sudah kau teteskan demi kami

Kami berterima kasih. Kau beri kami kunci untuk menyingkap tabir dunia yang asing bagi kami

Kami berterima kasih. Kau bekali kami dengan senjata menumpas koloni ideologi jahat jaman ini

Terima kasih telah mendidik banyak jiwa hingga mungkin saat ini kau telah lupa kami siapa

Namun yang pasti kami selalu mengingatmu sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Yang berjuang hanya dengan akhlak dan ilmu sebagai senjata

Hanya doa yang kami titipkan semoga engkau selalu dalam lindungan yang kuasa.

Lumban sitio-tio

Rabu, 24 Juni 2020

Pkl 13:35

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun