Aku teringat dengan masa kecilku
Masa ketika aku masih jadi bocah ingusan yang lugu
Aku tak bawa apa-apa, hanya alat tulis dan tingkah kekanak-kanakan
Tetapi mengenalmu membuatku semakin tahu banyak hal
Isyarat jari telunjuk di bibir pertanda tidak boleh berisik
Menulis huruf dan angka berlembar-lembar
Dari nyanyian kepala pundak lutut kaki lutut kaki
Bahkan menghapal perkalian dengan nyanyian yang tidak jelas nadanya
Perlahan tapi pasti, kau mengamati pertumbuhan kami
Mengenali sifat kami dan tahu cara menarik perhatian kami
Aku masih teringat dengan imbalan 10 ribu untuk 10 soal benar
Aku masih ingat waktu dimana merangkak dengan lutut dan siku serta jalan jongkok jadi hukuman
Bagaimana mungkin aku bisa lupa?
Kau begitu banyak menghabiskan waktu dengan kami padahal kami hanya menambah beban saja
Kau mampu menepis geram dengan cekatan merubahnya menjadi senyuman
Dari anak-anak yang polos kami mulai menginjak usia remaja
Kami mencoba membuka pikiran untuk dunia
Memahami apa yang terjadi di atas tanah yang kami pijak
Oryza Sativa dan Feliz Domestica nama hewan terlucu yang masih kuingat
Mengajarkan kami tentang manusia dan identitasnya
Mengajarkan gaya, usaha, bahkan alam semesta
Kau mencoba mengotak-atik angka memindahkan pola melatih otak bekerja
Merubah kata-kata menjadi kalimat-kalimat indah untuk menikmati bahasa
Puncak dari tumbuh dan berkembang kami tidak lepas dari perhatianmu
Berbagai siasat untuk menunjukkan eksistensi kami nyatakan
Dari sikap sok manis dan sok pintar hingga membuat keributan dan lompat pagar
Dari setelan yang bersih dan rapi hingga pakaian kusut dan corat coret ala preman
Kau menghadapi pelanggaran yang dimotori prinsip kebersamaan
Memberi konsekuensi dari lari keliling lapangan, di jemur hingga siang, bahkan betis jadi sasaran
Kami tahu, kau memberikan hukuman memiliki maksud dan tujuan
Dalam setiap hukuman terselip sebuah harapan
Harapan dimana kami memandang masa depan denga menghadapi tantangan dengan tidak serampangan
Sering dalam sebuah hukuman kau suarakan nilai-nilai kehidupan
Nilai-nilai yang harus kami pegang untuk menjadikan kami manusia seutuhnya
Kami tidak akan lupa kisah tentangmu
Pahlawan tanpa tanda jasa yang hadir dalam jurnal kehidupan kami
Sekalipun kadang ada rasa benci, jengkel namun itu yang kami rindu
Kami rindu saat-saat dimana engkau meneriaki nama kami saat kami berulah
Kami juga rindu ketika engkau menyampaikan pujian saat kami berubah
Kami juga rindu wajahmu gerammu saat melihat pelanggaran kami
Kami rindu juga tawamu karena banyolan kami atau saat kau menertawakan kekonyolanmu sendiri
Kami sungguh berterima kasih
Untuk pengorbanan yang kau tunjukkan demi kami
Kami sunggu berterima kasih untuk keringat dan air mata yang sudah kau teteskan demi kami
Kami berterima kasih. Kau beri kami kunci untuk menyingkap tabir dunia yang asing bagi kami
Kami berterima kasih. Kau bekali kami dengan senjata menumpas koloni ideologi jahat jaman ini
Terima kasih telah mendidik banyak jiwa hingga mungkin saat ini kau telah lupa kami siapa
Namun yang pasti kami selalu mengingatmu sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Yang berjuang hanya dengan akhlak dan ilmu sebagai senjata
Hanya doa yang kami titipkan semoga engkau selalu dalam lindungan yang kuasa.
Lumban sitio-tio
Rabu, 24 Juni 2020
Pkl 13:35
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H