Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Bermata Cokelat | Cerpen Banyu Biru

23 Mei 2024   19:30 Diperbarui: 8 Juni 2024   18:55 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Papa dan pembantai Puja mengangguk. Kemudian papa memberikan sesuatu kepada pembantai  lalu mengakhiri pertemuan itu dengan berjabat tangan.

Papa dan Dokter Faisal meninggalkan pembunuh itu.

Pembunuh itu mendekati Puja. Ia mengambil posisi jongkok. Dia mengelus rambut Puja beberapa kali. Jarak sedekat itu tidak lagi bisa menyamarkan wajah. Dan ini benar-benar gila, orang yang menyiksa dan membantai Puja tak lain adalah sepupunya sendiri, Mas Dami. “Maafkan aku Puja. Aku terpaksa melakukannya.” Suaranya bergetar.

Mas Dami kembali meraih kapak yang menindih punggung Puja. Ia mengangkatnya tinggi dan menghunjamkannya ke tubuh Puja. Saat itu pulalah baik Mas Dami dan lokasi pembantaian itu lenyap dan berganti dengan interior kamar berwarna biru langit. Desain plafon seperti langit malam tiba-tiba menjadi malam yang suram terlebih saat salah satu pembunuh itu masuk ke kamarku, papa.

Jangan lewatkan: Mara dan Tragedi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun