Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penunggu Sekolah Karya Banyu Biru

12 Oktober 2023   21:40 Diperbarui: 12 Oktober 2023   22:08 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Mungkin ada warga yang iseng. Kita cek yok." Miko berlagak berani.
Kami mendahulukan Miko, yang dalam situasi ini menjadi andalan. Memang di antara seluruh anggota geng, Miko adalah yang paling pemberani. Kekurangannya hanya terlalu banyak bicara.


Selangkah lebih dekat dengan pintu pagar, tiba-tiba kabut tebal bergerak cepat menyelimuti seluruh gerbang. Miko sempat kaget. Ia menoleh ke arah kami dengan tatapan ragu. Kami hanya bisa mengangkat bahu. Kami sebenarnya penasaran sehingga kami membiarkan Miko menyalurkannya. Tangan Miko terulur dan perlahan lenyap ke dalam kabut. Miko tampak meraba-raba.


"Pintunya hilang, guys."


Aku dan tiga temanku saling pandang. Lewat sinyal mata itu, kami sepakat untuk menghampiri Miko.


"Masukin tangan kalian, deh. Nggak ada apa-apa. Coba, deh," tukasnya.
Kami manut. Benar kata Miko, seperti tidak apa-apa selain hawa dingin.


"Aku penasaran, kalian mau ikut masuk?" Miko menawarkan.


"Kita masuk atau keluar, nih?" guyon Ferdi, cowok paling pendek di antara kami berlima.


"Yah, masukin dulu baru ke luar," balas Oki, si otak mesum tapi paling rajin beribadah.


Saat Ferdi dan Oki mulai melebar kemana-mana, Miko langsung masuk tanpa aba-aba. Kami kaget. Kami memanggil-manggil Miko tetapi tidak ada yang menyahut. Kami mulai panik dan berusaha menghalau kabut itu dengan mengibas-ngibasnya. Bagai membelah air, usaha kami sia-sia.


"Woi. Kaliang ngapain? Sini, gue mau nunjukin sesuatu."


Kami tersentak. Secara refleks kami berbalik ke arah suara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun