Miko?
Lagi-lagi kami menuruti ajakan Miko. Otakku tentu saja masih terus berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Sekolah ini mulai hidup. Ia menyapa kami dengan hal-hal yang belum bisa kujelaskan dengan cara yang masuk akal. Aku masih sempat memutar kepala melihat kabut yang menyelimuti gerbang sekolah, aku juga menemukan jejak sepatu di koridor yang sebelumnya muncul begitu saja. Sekarang kami harus mengikuti Miko yang tiba-tiba muncul padahal sempat lenyap di dalam kabut. Benarkan ini Miko teman kami?
Miko membawa kami berbelok ke koridor sebelah kanan. Kami akhirnya percaya pada omongan warga bahwa sekolah ini sudah bukan milik manusia seperti kami. Roh, hantu, atau jin, entahlah. Satu per satu mereka mulai menunjukkan diri. Setiap ruangan kosong yang kami lewati tiba-tiba langsung terdengar ramai karena kerumunan, tetapi kami tidak bisa melihat siapa-siapa.
"Elu mau nunjukin ini?" tanya Oki.
"Bukan," jawab Miko.
Miko tiba-tiba menahan  langkah ketika mendekati sebuah kelas tanpa daun pintu. Ia menempelkan telunjuk di bibirnya lalu menyuruh kami merapat ke dinding.
"Apapun yang kalian lihat, jangan sampai teriak," bisik Miko.
Aku dan ketiga temanku manggut-manggut. Dadaku berdebar kencang.
"Siapa mau duluan?" kata Oki ikutan berbisik.
Keberanian Oki lebih tebal dariku. Kalau ia sudah tak percaya diri begitu, apa lagi aku.
"Aku saja."